Terapi Sengat Lebah ala Nain

By Admin


nusakini.com - Inovasi tiada henti bisa dilakukan siapapun dan di manapun. Ini juga yang terjadi pada Zulkarnain Patwa, 37 tahun. Idenya bermula saat Nain panggilan akrabnya, menyadari bahwa banyak masyarakat tidak sanggup atau tidak mampu untuk mengakses pelayanan kesehatan yang mahal, terutama untuk penyakit berat seperti kanker. 

Ketertarikannya sendiri berawal sejak SMA, saat kakak Nain, Fatmawati Patwa, mengikuti pelatihan dari seorang pakar lebah asal Universitas Hasanuddin, Profesor Andi Mappatoba Sila. Fatmawati menceritakan kepada sang adik tentang pelatihan tersebut. Entah mengapa timbul rasa tertariknya dan Nain kecil mulai banyak membaca tentang lebah, termasuk artikel-artikel yang ditulis oleh sang profesor. Ketertarikannya terhadap lebah juga makin diperkuat karena ada Surah An-Nahl, ayat 69, dalam Al Qur'an, yang khusus membahas tentang kemampuan lebah untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Sesudah merasa cukup memahami ilmu terapi lebah, mulailah Nain mencoba melakukan terapi lebah sejak 1998. Terapi dimulai dari dirinya sendiri. Lebah yang digunakan adalah Apis Cerana, yakni jenis lebah peliharaan. Sesudah mencoba berkali-kali dan merasa makin trampil, Nain memberikan diri membuka terapi sengat lebah untuk penyembuhan. Pasien pertamanya adalah Fatmawati, sang kakak sendiri, yang waktu itu menderita benjolan di sekitar leher yang menyebabkan ia sulit bernafas. Terapi ini ternyata bisa membantu meringankan derita sang kakak dan benjolannya bisa mengempis drastis.

Sampai kini, sudah banyak penderita sakit yang mendapat terapi sengat lebah dari Nain, sebut saja rematik, kolesterol, darah tinggi, bahkan kanker. Sekarang ini, bahkan ada seorang penderita HIV/AIDS yang rajin berobat. Namun, ada satu yang tidak bisa diterapi Nain, yakni penderita tekanan darah rendah. Ini disebabkan sengatan lebah berdampak menurunkan tekanan darah secara cepat.

Nain juga menjelaskan bahwa terapi sengat lebah juga bagus untuk menjaga daya tahan tubuh dan meningkatkan imunitas. Banyak yang secara teratur rutin menjalankan terapi ini, termasuk para petinggi di Kabupaten Bulukumba.

Kini, pelanggan maupun pasien Nain sudah tidak terhitung jumlahnya. Mereka datang dari segala kalangan, termasuk yang tidak mampu. "Khusus yang tidak sanggup membayar, saya tidak memungut apapun dari mereka," tambahnya.

Ketika ditanyakan, apakah mereka yang menjalani terapi tidak merasakan sakit saat disengat lebah? Nain dengan bersemangat menjelaskan bahwa mereka yang melakukan terapi untuk pertama kali, akan didekatkan dulu dengan satu lebah. Pada saat sudah disengat akan diketahui berapa sengatan yang bisa diberikan kepadanya. Tes sengat ini juga penting untuk mengetahui apakah seseorang rentan atau alergi terhadap sengat lebah.

Saat ditanya apakah ada tantangan terkait terapinya ini, Naim menjelaskan bahwa ia perlu memastikan stok lebahnya cukup untuk melayani pasien yang datang. Naim mengeluhkan pakan lebah yang sekarang sudah semakin berkurang. "Pohon kaliandra merah yang sangat disukai lebah sudah jauh berkurang. Bunga matahari juga susah didapatkan," papar Nain lirih. 

Namun, Nain tidak kehabisan akal. Ia mengumpulkan gula aren di halaman khusus untuk dijadikan pakan lebah. "Seharusnya, lebah tidak perlu ke aren bila banyak bunga. Tapi karena di kota kekurangan bunga, khususnya untuk pakan lebah, maka ada inovasi di mana aren menjadi makanan lebah. Ini sebagai strategi bertahan hidup untuk lebah," jelas Nain.

Ke depannya, Nain berharap agar pohon dan bunga untuk pakan lebah bisa kembali dikembangkan di daerah, sehingga ke depan terapi sengat lebahnya bisa terus berjalan lancar. 

(Tami)