127 Mahasiswa PTKI Ikuti KKN Nusantara di Daerah 3T

By Abdi Satria


nusakini.com-Kupang-Sebanyak 127 mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) mengikuti kuliah kerja nyata (KKN) di daerah terdalam, tertinggal, dan terluar (3T).  

75 mahasiswa, KKN di Kupang, NTT. Mereka adalah gabungan mahasiswa dari 28 PTKI Negeri. Tema KKN, “Peace Building Mewujudkan Moderasi Beragama dalam Membangun Indonesia dengan Metode Asset Based Community Development (ABCD)”. Selaku koordinator, tim dari UIN Sunan Ampel, Surabaya.  

Sementara KKN di Ambon diikuti 52 mahasiswa dari 13 PTKI Negeri. Tema KKN, “Trauma Healing, Merajut Persaudaraan Bangsa dalam Membangun Kemandirian Sejati”. Sebagai koordinator, tim IAIN Ambon. 

Kegiatan KKN di Kupang dibuka Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis), Arskal Salim, di Asrama Haji Kupang, Nusa Tenggara Timur, Selasa (07/01). Hadir, Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Suwendi, Kepala Bidang Pendis Kanwil Kemenag Provinsi NTT, Puo Muntu Umbu Nay, Kepala LP2M UIN Surabaya, Ahmad Syahid, Kepala Seksi Pengabdian kepada Masyarakat, Abdul Basir, seluruh Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat PTKIN, dan mahasiswa peserta KKN. 

Arskal Salim mengapresiasi KKN mengangkat tema moderasi. Menurutnya, RPJMN 2020-2024 telah menjadikan moderasi beragama sebagai pilar penting yang sekaligus menjadi modal sosial dalam membangun bangsa ini. Oleh karenanya, keluarga besar PTKI harus mampu memberikan kontribusi konkret dalam membangun dan mendiseminasi moderasi beragama di masyarakat luas. 

“Lebih-lebih, KKN kali ini mengkombinasikan antara moderasi beragama dengan Metode Asset Based Community Development (ABCD). Ini merupakan terobosan baru yang perlu diapresiasi,” ungkap Arskal.  

Balitbang-Diklat Kemenag telah merilis hasil survei Indek Kerukunan Umat Beragama (KUB) pada Desember 2019. Hasilnya, indeks kerukunan di Provinsi NTT mencapai 81,1, tertinggi kedua setelah Papua Barat (82,1). Arskal menilai indeks KUB ini menjadi asset penting bagi NTT yang perlu diungkap, dikaji, dan dipelajari mahasiswa PTKI.  

Arskal berharap, KKN ke depan juga bisa dikembangkan agar berbasis media sosial secara online. “Perkembangan informasi yang demikian cepat, kita memasukan era post-truth sehingga yang menjadi acuan seringkali adalah bukan pada otoritas kebenaran, tetapi ketenaran. Mahasiswa PTKI diminta secara proaktif untuk menebarkan pesan-pesan damai dan moderat melalui media sosial dan itu dijadikan sebagai bagian dari penyelenggaraan KKN,” ungkap Arskal. 

Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Suwendi, menjelaskan bahwa KKN 3T merupakan ikhtiar Diktis untuk membangun sinergi, kolaborasi dan wujud konkret partisipasi PTKI terhadap pernyelesaian atas persoalan-persoalan kebangsaan. “Sebelum menjadi sarjana, para mahasiswa harus turun ke masyarakat secara nyata sebagai bagian dari pengalaman dan proses pendidikan untuk melihat persoalan dan mencari pemecahan masalah atas dasar kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat," ungkap Suwendi.  

Menurutnya, KKN Nusantara Daerah 3T di NTT dengan fokus pada moderasi beragama dan di Ambon dengan fokus pada pemberdayaan masyarakat yang terkena bencara merupakan kontribusi konkret kalangan PTKI dalam membangun bangsa. “Moderasi beragama merupakan kebutuhan riil untuk membangun bangsa agar kita memiliki pengetahuan, wawasan dan kemampuan bagaimana cara beragama yang moderat. Sementara mendampingi masyarakat yang terkena bencana merupakan ikhtiar penting untuk membangun solidaritas dan semangat untuk bangkit dari musibah-musibah yang dihadapi dan kemandirian,” tutupnya.(p/ab)