Bangun Budaya Kerja Lebih Baik, Buku Atlas Keselamatan Migas Diluncurkan

By Admin

nusakini.com-- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi meluncurkan Buku Atlas Keselamatan Minyak dan Gas (Migas) bertepatan dengan acara Forum Keselamatan Migas 2016 yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, Rabu (24/8).

Peluncuran buku ini secara simbolis dilakukan oleh plt. Menteri ESDM, Luhut Binsar Pandjaitan yang diberikan kepada Direktur Utama (Dirut) PT. Pertamina, Dwi Sutjipto, Dirut PT. PGN, Hendi Prio Santoso, serta perwakilan dari akademisi yang berasal dari ITB, Iftikar, dengan disaksikan oleh Direktur Jenderal Migas (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, I Gusti Nyoman Wiratmadja. 

Buku Atlas Keselamatan Migas merupakan buku yang berisi tentang hasil investigasi 31 kasus kecelakaan kerja dan lingkungan di sektor migas. Buku ini dibuat oleh Tim Independen Pembinaan Keselamatan Migas (TIPKM), yang memiliki tugas: 1) Melakukan analisa dan evaluasi terhadap sistem manajemen keselamatan migas yang digunakan oleh Badan Usaha/Badan Usaha Tetap (BU/BUT); 2) Melakukan audit keselamatan migas dan investigasi terjadinya kecelakaan apabila diperlukan berdasarkan penugasan Kepala Inspeksi; 3) Melakukan analisa dan evaluasi atas laporan hasil audit keselamatan migas dan hasil investigasi terjadinya kecelakaan; 4) Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil analisa, evaluasi, audit dan investigasi sebagaimana tercantum pada butir 1, 2 dan 3 sebagai bahan penyempurnaan kebijakan keselamatan migas; dan 5) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi. 

Inisiatif pembuatan buku ini diprakarsai oleh Dirjen Migas, IGN Wiraatmadja. "Adapun latar belakang mengapa buku ini dibuat karena selama ini hasil investigasi dari TIPKM bukan untuk konsumsi eksternal dan hanya dilaporkan kepada dirjen migas sebagai bahan masukan untuk beliau. Berbeda dengan KNKT yg hasilnya untuk konsumsi publik," ungkap Soehatman Ramli selaku ketua TIPKM. Selain itu, dorongan lain hadir dari stakeholder sektor migas dalam penerbitan buku ini. "Selama ini kami sering mendapatkan permintaan dari temen-temen, kenapa hasil investigasinya tidak disebarkan, tidak disampaikan ke BU/BUT,” tambah Soehatman. 

Buku yang proses pembuatannya memakan waktu sekitar lima bulan ini diharapkan akan menjadi pengajaran bagi semua yang berkecimpung di dunia migas agar kasus-kasus yang ada di dalam buku ini tidak terulang kembali. “Tujuan utama penerbitan buku ini bukanlah untuk mencari siapa yang salah, tetapi untuk menjadi pelajaran kita bersama. Jadi dengan buku ini nanti akan dapat mengidentifikasi bahaya yang pernah terjadi di perusahaan lain, kita ambil manfaatnya,” tutupnya. (p/ab)