Damai Wamenaku

By Admin


Penulis, Tami

nusakini.com - Bagaimana hatiku tidak terkoyak dengan apa yang terjadi di Wamena. November 2018 lalu aku ke sana. Memang kali ini hanya seminggu. Tapi dalam seminggu ini aku selalu menemukan senyum tulus dari orang-orang asli Papua di Wamena. Aku berbaur dengan para mama yamg berjualan pinang, petatas (umbi-umbian) dan buah lokal di pasar Wamena. Aku juga berbaur dengan orang lokal, yakni mereka yang tidak berdarah Papua tapi sudah turun temurun lahir di sana. Mereka utamanya menjadi penggerak roda ekonomi Wamena karena memang mereka memiliki keahlian berdagang yang memang bukan dimiliki oleh orang Asli Papua. Ada pula para pendatang yang bukan orang asli Papua dan tidak lahir di Tanah Papua, namun bertahun-tahun tinggal di sana. Semua membentuk komposisi masyarakat yang manis dan harmonis, saling mengisi dan melengkapi. Senyum mereka selalu terkembang, gelak tawa bertebaran dan perbincangan dilakukan dengan Bahasa Indonesia ala Papua.

Bagaimana aku tidak terkoyak saat mendengar ada tindak kekerasan dan kerusuhan di sana yang dikenakan pada kelompok tertentu. Aku masih merasakan senyum tulus orang asli Papua, orang awam pada umumnya seperti banyak tempat lain di seantero negeri, yang selalu menginginkan kedamaian dan ketenangan.

Maka pemerintah dan aparat, tolonglah jaga kedamaian di sana. Lindungi semua masyarakat di sana. Tindak tegas mereka yang merusak keharmonisan ini. Apapun bungkusan dan kemasannya, usut tuntas. Jangan pernah lagi membuat Wamena, Jayapura maupun tempat lain di Indonesia terluka oleh kepentingan tertentu.