Hoerudin, ASN Pengubah Limbah Jadi Rupiah

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta- Ketahanan pangan merupakan hal strategis bagi Indonesia, sehingga upaya peningkatan produksi padi akan diikuti meningkatnya limbah penggilingan padi, diantaranya berupa sekam yang ketersediaannya mencapai 15 juta ton per tahun namun belum optimal pemanfaatannya.

Pemanfaatan sekam sebagai bahan bakar pengering gabah dan bahan asap cair masih menyisakan limbah abu sekam yang belum banyak dimanfaatkan secara maksimal. Situasi itu membuat Hoerudin tergerak untuk menciptakan terobosan yang mengubah limbah menjadi rupiah. 

Kepeduliannya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) kepada lingkungan dan masyarakat membuatnya tergerak untuk mengembangkan penemuan yang memiliki dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat, khususnya para petani. ASN yang mengabdi di Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian ini mengembangkan inovasi nanobiosilika untuk meningkatkan nilai tambah sekam padi yang nyaris tidak bernilai menjadi produk bernilai ekonomi tinggi yang dapat diaplikasikan di bidang pertanian dan industri. 

Hoerudin mengungkapkan inovasi nanobiosilika memiliki double-effect, yakni mendukung kegiatan zero-waste dengan memanfaatkan limbah sekam padi yang dianggap sebagai pencemar lingkungan menjadi produk bernilai tinggi. Dampak itu sekaligus dapat membantu para petani untuk meningkatkan hasil panen.

“Inovasi nanobiosilika juga mendukung program peningkatan ketahanan pangan nasional berkelanjutan melalui peningkatan pemanfaatan dan nilai ekonomi limbah sekam, peningkatan produktivitas, serta mengatasi permasalahan lingkungan,” jelas Hoerudin saat ditemui Tim Humas Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) di kantornya. 

Setiap lima kilogram sekam padi dapat dihasilkan dua liter produk nanobiosilika cair dengan harga di pasaran komersial sekitar Rp150.000,00 hingga Rp250.000,00 per liter. Sekitar 20 persen berat gabah merupakan sekam. Dengan demikian, dari produksi padi tahun 2018 sebesar 83,04 juta ton GKG, dihasilkan sekam padi sekitar 16,60 juta ton. Jika dihitung secara ekonomi, inovasi teknologi yang dikembangkan Hoerudin berpotensi meningkatkan nilai tambah ekonomi limbah sekam padi hingga puluhan triliun rupiah.

Nanobiosilika dapat dihasilkan dari sekam, arang, ataupun abu sekam menggunakan teknologi sol gel dengan energi rendah dan rendemen hasil tinggi. Nanobiosilika dari sekam padi menghasilkan tiga jenis produk, yaitu nanobiosilika cair, nanobiosilika serbuk, dan nanobiosilika gel.

Nanobiosilika cair dimanfaatkan pada bidang pertanian sebagai hara tanaman. Produk nanobiosilika digunakan sebagai pupuk untuk meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama penyakit dan dampak kekeringan. “Serta meningkatkan mutu hasil tanaman, sehingga pada akhirnya dapat mengoptimalkan produksi,” ungkap Hoerudin yang saat ini menjabat Kepala Bidang Program dan Evaluasi. 

Inovasi yang dikembangkan oleh Hoerudin ini juga mendapat dukungan dan apresiasi dari kolega peneliti Hoerudin di Balai Besar Litbang Pertanian Indonesia, Prima Luna. Prima Luna mengungkapkan bahwa impact inovasi nanobiosilika tersebut sangat bagus bagi petani sehingga rendemennya tinggi yang pada akhirnya memberikan pemasukan lebih kepada petani. Hal ini diharapkan dapat memberikan kesejahteraan yang lebih baik bagi petani. “Dari sisi industri ini juga menjanjikan karena awalnya adalah limbah namun bisa memberikan nilai tambah sehingga nanti ketika komersialisasi juga menguntungkan,” ujarnya. 

Pak Dede, begitu kerap Hoerudin disapa, dikenal sebagai sosok yang rendah hati, pekerja keras, loyal, dan menginspirasi orang-orang di sekitarnya termasuk menginspirasi dan memotivasi Prima Luna untuk melanjutkan penelitian tentang ampas dari produksi nanobiosilika menjadi absorben (bahan penyerap untuk menjernihkan air). 

Kepedulian Hoerudin akan lingkungan dan masyarakat mengantarkannya menjadi salah satu dari lima nomine PNS Inspiratif dalam ajang Anugerah ASN 2019 yang diselenggarakan Kementerian PANRB. Hoerudin berharap di Indonesia semakin banyak PNS inspiratif sehingga Indonesia bisa maju dengan kreativitas yang pada prinsipnya tidak terbatas. “Kita mengenal satu slogan ‘Resources are Limited, Creativity is Unlimited’. Dengan inspirasi dan kreativitas Indonesia bisa maju tanpa terkungkung oleh sumber daya yang ada,” pungkasnya. 

Penerapan nanobiosilika cair mendapat respon positif dari masyarakat, khususnya petani padi. Salah satunya adalah Fodli, petani di Pamanukan. Menurutnya pemberian nanobiosilika dari sekam memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan dan komponen hasil tanaman padi, yaitu meningkatkan ketahanan batang padi, meningkatkan ketahanan rumpun padi terhadap kerebahan dan menghasilkan anakan produktif lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak diberi nanobiosilika dari sekam. “Hal ini juga dapat ditunjukkan dari hasil panen ubinan dimana pemberian nanobiosilika dari sekam produksinya lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberi nanobiosilika,” ujar Fodli. (p/ab)