“Human In Oil” Berikan Perspektif Humanis Kelapa Sawit Indonesia di Eropa

By Abdi Satria


nusakini.com-Den Haag-Ditengah semakin maraknya black campaign terhadap industri Kelapa Sawit Indonesia oleh Uni Eropa, Docsfair , rumah produksi asal Belanda, telah meluncurkan film berjudul “Human in Oil". Film tersebut mengangkat bagaimana kelapa sawit mengubah kehidupan para petani kecil (smallholders) di Jambi, dan sudut pandang mereka apabila negara-negara Uni Eropa melarang impor kelapa sawit.

Diharapkan informasi tersebut dapat memberikan perspektif humanis sebagai alternatif dari opini menyesatkan yang dibentuk oleh berbagai pihak di Uni Eropa, terutama yang berhubungan dengan kerusakan lingkungan hidup. Film tersebut juga menunjukkan bagaimana pengelolaan industri kelapa sawit di Indonesia yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan sesuai standar RSPO/ISPO. 

Film tersebut diluncurkan di Docsfair International Film Festival di Amsterdam, Belanda akhir pekan lalu. Pada sambutannya di peluncuran film tersebut, Wakil Menteri Luar Negeri RI, Mahendra Siregar mengatakan bahwa belum adanya pemahaman bersama yang baik merupakan tantangan utama dalam isu kelapa sawit secara global.

Melalui film ini diharapkan masyarakat di Belanda dan Eropa dapat mempelajari, meresapi dan menginterpretasikan isu ini dari sudut pandang yang berbeda dengan ideologi, opini, dan emosi yang sudah terbentuk di masyarakatnya mengenai kelapa sawit, Wakil Menlu RI lebih lanjut mengatakan bahwa kita tidak bisa mengubah persepsi dalam satu malam, namun film ini merupakan langkah awal untuk membangun global understanding secara mendalam. 

Pembuatan film “Human in Oil" karya sutradara Belgin Inal ini diinisiasi oleh Andhika Rutten, seorang diaspora Indonesia di Belanda. Andhika terinspirasi dari pengalamannya mengikuti kegiatan Regular Oil Palm Course (ROPC) yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI di tahun 2018. Program tahunan yang diinisiasi sejak 2017 tersebut bertujuan memberikan persepsi yang benar mengenai industri minyak sawit berkelanjutan Indonesia.

Program yang berlangsung selama 9 hari tersebut dihadiri oleh para peserta yang terdiri dari peneliti, aktivis lingkungan, dan akademisi yang berasal dari berbagai negara, termasuk negara-negara Uni Eropa.

Selama kunjungan lapangan di Jambi, peserta memiliki kesempatan untuk belajar, berdiskusi, dan tinggal bersama para petani kelapa sawit lokal di sana, dan pengalaman ini memungkinkan mereka untuk memahami nilai dan pandangan petani. Lebih lanjut film tersebut akan disebarluaskan ke seluruh dunia, termasuk melalui media sosial.​ 

Docsfair International Film Festival merupakan pagelaran film-film dokumenter yang inovatif dan modern dan telah terselenggara sejak 2018. Karya-karya film dokumenter memiliki keunikan tersendiri di dunia perfilman Belanda dan banyak menarik minat publik. (p/ab)