IAIN Palu Wisuda 388 Sarjana

By Abdi Satria


nusakini.com-Palu - Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu menggelar wisuda sarjana XXIV untuk S1 dan VII untuk S2. Total ada 388 sarjana yang diwisuda.  

Hadir memberikan orasi ilmiah, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama M Nur Kholis Setiawan. “Tugas belajar di PT bisa selesai, namun kewajiban belajar tidak akan pernah selesai. Sebab, setiap orang harus terus belajar setelah berada di masyarakat,” kata M Nur Kholis mengawali orasinya, Palu, Sabtu (07/12). 

Kepada wisudawan, Guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini menitipkan nasihat Penulis Kitab I’anah Ath-Thalibin Sayyid Abu Bakar Muhammad Syatha: “Alhamdulillahil-ladzi audhaha at-thariqa lit-thalibin wa-sahhala manhajas-sa'adati lil-muttaqin wa-bashshara bashairal-mutashaddiqina bi-sairil hukmi wal-ahkaami fid-din wa-manahahum asraral-imaani wal-ihsaani wal-yaqiin”. 

"Segala puji bagi Allah yang mempermudah jalan bagi pencari pengetahuan, yang mempermudah jalan kebahagiaan bagi orang yang bertakwa, yang mempertajam mata batin untuk kebaikan dalam urusan agama, serta yang menganugerahkan rahasia-rahasia nur keyakinan dan keimanan," tutur M Nur Kholis menerjemahkan ungkapan berbahasa Arabnya. 

Menurutnya, nasihat ini mencakup empat fase perjalanan hidup manusia.  

Pertama, pencarian pengetahuan untuk mendapatkan dan meningkatkan kompetensi (searching for knowledge). "Puji syukur dipanjatkan kepada Allah yang telah mempermudah jalan bagi yang menuntut ilmu," ujar Sekjen.

Fase kedua, lanjut M Nur Kholis, penguasaan kompetensi menjadi piranti terbukanya pintu rezeki untuk mencukupi kehidupan yang menjadi salah aspek mendapatkan kebahagiaan (searching for happiness). Keahlian kompetitif dari pengetahuan yang didapatkan mahasiswa/i menjadi wasilah untuk mendapatkan rezeki dari Allah Swt. 

“Melalui wasilah keilmuan ini, bagi anda sekalian untuk dapat mencukupi kehidupan,” ujarnya. 

Mengutip kata Sayyidina Ali, mengatakan “ar-rizqu naw’aani: rizquna tathlubuhu wa-rizqun yathlubuka”, bahwa rezeki itu ada dua, rezeki yang orang perebutkan, dan rezeki yang memperebutkan orang. Semua orang akan melalui fase ini. Mereka yang bisa naik kelas, bukan lagi memperebutkan rezeki, tapi justru diperebutkan oleh rezeki. 

Fase ketiga, adalah kebahagiaan menuntun kepada kearifan (searching for wisdom). Dan fase keempat adalah mendapatkan anugerah ma'rifat, musyahadah. 

Sebelumnya, Rektor IAIN Palu, Sulawesi Tengah, Sagaf S. Pettalongi meminta alumni IAIN Palu menjadi pembawa solusi, bukan pembawa masalah di masyarakat. "Kami mengharapkan kalian kembali ke masyarakat mengabdikan diri, hadir sebagai pembawa solusi, bukan pembawa masalah," kata Sagaf Pettalongi. 

“Alumni IAIN harus menyadari dan memiliki tanggung jawab moral yang jauh lebih besar dibanding alumni perguruan tinggi lainnya. Karena identitas Islam yang melekat pada lembaga ini, ibarat kertas putih yang bersih sehingga noda sekecil apapun tergores di atasnya akan terlihat jelas oleh masyarakat,” tandasnya.(p/ab)