Kisah Al Faqry, Si Anak Jungle yang Berani Bermimpi Jadi Dokter Berkat Sekolah Rakyat

By Admin


nusakini.com, Ternate - Bicaranya cepat dengan sorot mata berbinar merefleksikan sosok Muhammad Al Faqry Hasanuddin (12) yang penuh optimisme.

“Aku ini anak jungle, karena hidup berbaur dengan hutan juga,” ujar Faqry sambil tertawa lebar dan memerlihatkan deretan giginya yang rapi saat diwawancarai di Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 26 Ternate, Maluku Utara, beberapa waktu lalu.

Sebutan anak jungle alias anak hutan disematkan karena kebiasaan Faqry yang suka memanjat apa saja. Ia bisa memanjat atap rumah, tiang listrik, sampai pohon nangka. Katanya, dari atas sana dunia terlihat lebih seru. Kadang, bersama teman-temannya, ia juga menyelam mencari ikan Nemo di laut, lalu menjualnya untuk menambah uang jajan.

Semangat Faqry memanjat apapun membentuk keyakinannya masuk sekolah rakyat. Tak ayal, ia langsung ditunjuk menjadi Ketua OSIS di SRMP 26 Ternate. Meski tergolong masih muda, jabatan Ketua OSIS membuatnya belajar banyak soal tanggung jawab dan cara memimpin teman-temannya.

“Sempat bingung, bagaimana cara mengurus dan mengatur mereka, tetapi sekarang sudah lebih enakan karena juga dibantu teman-teman,” katanya.

Hal paling berubah setelah masuk Sekolah Rakyat, ujarnya, kemampuan berbahasa Indonesia-nya meningkat. Ia tertawa pelan, mengenang bagaimana teman-temannya sering saling mengoreksi cara bicara masing-masing.

“Sekarang udah lebih lancar. Dulu masih campur-campur, kadang pakai bahasa daerah, kadang logatnya masih kental banget. Tapi setelah belajar di Sekolah Rakyat, tiap hari ngomong pakai Bahasa Indonesia," tuturnya.

Sistem belajar di Sekolah Rakyat pun dinilainya menyenangkan karena menyesuaikan dengan minat siswa. Faqry mengungkapkan ke para guru bahwa dirinya bercita-cita menjadi dokter bedah. Respons para guru sangat positif dengan menyarankan untuk memperkuat pelajaran IPA, Bahasa Inggris, dan kemampuan berbicara di depan umum.

“Aku rasa sekolah rakyat ini penting buat bangun lagi karakter diri sendiri. Biar lebih tahu cara bersikap, apalagi terhadap yang lebih tua,” ungkap Faqry.

Mengingat sopan santun terhadap orang yang lebih tua, Faqry menceritakan latar belakang keluarganya yang membentuk karakternya. Ia tinggal bersama orangtua beserta empat saudaranya. Ia terlahir sebagai anak bungsu dari lima bersaudara.

Ayahnya seorang penjahit yang hanya mendapat penghasilan kalau ada pesanan. Meski sederhana, semua kakaknya berhasil jadi sarjana berkat beasiswa pemerintah. Pengalaman inilah yang membuat Faqry yakin kalau sekolah bisa mengubah hidup.

Perkenalan Faqry dengan sekolah rakyat berawal ketika seorang pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) datang ke rumahnya. Rasa penasarannya tumbuh, apalagi setelah tahu sekolah rakyat punya cara belajar yang berbeda dari sekolah lain.

Sang ibu pun menyemangati dengan menceritakan bahwa Sekolah Rakyat sebagai tempat belajar yang baik yang bisa menjamin masa depan anak-anaknya. "Katanya, sekolah itu bisa bikin hidup jadi lebih pasti. Di sana Adek lebih terjamin masa depannya,” ujar Faqry menirukan ucapan sang ibu.

Ia pun sempat memanjatkan doa sederhana tapi hangat. “Semoga Bapak Prabowo sama Bapak Menteri (Mensos) sehat-sehat, rezekinya banyak, visi-visinya diselesaikan, dan jadi pemimpin yang baik untuk membangun negeri. Aamiin.” (*)