Pangkas Rantai Distribusi, Mentan Rilis Beras Premiun Murah

By Admin



PURWOKERTO - Kementerian Pertanian (Kementan) meluncurkan produk beras berlabel Beras Premium Rp 7.500 per kilogram sebagai upaya untuk memangkas rantai distribusi beras yang terlalu panjang. Hal ini juga dianggap untuk menghilangkan praktik penimbunan beras.


Harga tersebut lebih murah dari beras jenis premium yang saat ini dipasaran dengan kisaran Rp 10.000 perkilogram. Menteri Pertanian Amran Sulaiman menjelaskan, beras tersebut dibeli dari petani dengan harga Rp 4.000 per kilogram dalam bentuk gabah dan dijual dalam bentuk beras premium dengan harga saat ini sebesar Rp 7.500 per kilogram.

"Cara kita berikan subsidi langsung kepada kelompok tani dengan syarat para petani harus menjual hasil panennya kepada pemerintah melalui toko tani. Kita lihat sekarang harganya sudah stabil, untuk beras kualitas premium kita bisa jual di kisaran Rp 7.500," katanya, Selasa (1/3/2016).

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Gardjita Budi mengatakan, gabah yang dijadikan sebagai Beras Premium 7.500 itu dibeli dari petani dengan harga di atas harga pembelian pemerintah (HPP) Rp 3.700 langsung dilakukan proses penggilingan dan pengemasan.

Untuk sistem distribusi, kementerian menjalankan program Toko Tani Indonesia (TTI). Tahun ini kementerian berencana untuk membangun sekitar 1000 TTI di seluruh Indonesia.

Toko Tani Indonesia akan diarahkan untuk bekerjasama dengan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) yang dibentuk di tiap gabungan kelompok tani (gapoktan) atau desa. Nantinya, LDPM yang ada di setiap desa dapat berperan sebagai pemasok bahan pangan ke TTI tersebut.

Ia mengatakan bahwa pihaknya mendapat subsidi adalah gabungan kelompok tani (gapoktan). Subsidinya berupa peralatan dan mesin, pengemasannya, transportasinya, sehingga mereka bisa menghasilkan padi dengan harga yang bisa berkompetisi," tambah Gardjita.

Menteri Pertanian Amran pernah menuturkan, ada indikasi aktivitas kartel yang mengakibatkan harga beras melonjak. Dia menilai, kenaikan harga beras tersebut diakibatkan oleh para "middleman" yang menimbun beras sehingga mengakibatkan harga beras melonjak padahal di level petani harga gabah kering normal. (mk)