Save Our Soccer: Menpora Jangan Salah Jalan

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Ada yang mengejutkan saat Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Prof. Dr. KH. Ma'ruf Amin mengumumkan susunan Kabinet Indonesia Maju 2019-2024. Utamanya, saat mengumumkan nama Menteri Pemuda dan Olahraga: Zainuddin Amali. Di luar ekspektasi publik alias out the box. 

Zainudin merupakan Ketua DPP Partai Golkar 2014-2019. Ia anggota DPR RI selama empat periode dan menempati berbagai komisi. Untuk periode 2014-2019 berada di Komisi II yang mengurus Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, serta Pertanahan dan Reforma Agraria. Selain politikus, pria kelahiran Gorontalo, 16 September 1962 itu juga pengusaha. Sebelum terjun ke politik, ia memimpin sejumlah perusahaan yakni PT Putra Mas, PT Wirabuana Dwi Jaya Persada, PT Gitrana Sendiko, PT Surya Terang Agung, PT Makmur Triagung, dan PT Supra Dinakarya. Dilihat dari curriculum vitae nya praktis tak pernah menyentuh organisasi pemuda maupun olahraga. Blunder?

"Secara mata lahir keputusan dengan memilih Pak Zainudin Amali terkesan aneh. Bagaimana mungkin sosok yang tidak banyak intens di kepemudaan dan kegiatan olahraga bisa memimpin kemenpora. Tapi, buat Pak Zainuddin ini akan jadi tantangan. Setidaknya harus membuktikan dia layak memimpin kementerian pemuda dan olahraga," kata Akmal Marhali, Koordinator Save Our Soccer  (SOS). "Jangan sampai salah jalan di dalam hutan rimba. Bisa tersesat dan ini akan sangat berbahaya," Akmal menambahkan.

Apalagi dibanding menteri lainnya, menpora mendapatkan pesan khusus. Saat menyebut nama Zainudin Amali sebagai Menpora, Jokowi memberikan pesan. "Sepakbolanya, Pak!" 

Ini poin penting dan perlu mendapatkan perhatian serius. Maklum, Jokowi juga menegaskan tak segan memecat para menterinya bila tak maksimal. Dan, menpora mendapatkan tantangan terberat karena ada pesan singkatbyang diberikan penekanan.

"Ada dua ujian buat Menpora baru di depan mata. Pertama, terkait sepakbola (baca: PSSI). Kedua, tentunya mukti event SEA Games 2019 di Filipina pada 30 November - 11 Desember 2019. Menpora harus kerja cepat, kerja keras, kerja tuntas buat dua ujian tersebut. Tak mampu memberikan hasil maksimal bukan mustahil akan diresuffle," Akmal menegaskan. 

Sepakbola memang harus mendapatkan perhatian serius di tengah banyak kasus yang terjadi. Mukai dari krisis kepemimpinan sampai banyaknya masalah yang muncul di kompetisi domestik yang berujung buruknya penampilan timnas. Hal serupa juga dialami di multi event SEA Games. Pada SEAG 2017 di Kuala Lumpur Malaysia, kontingen Indonesia mendapatkan perolehan medali emas terendah sepanjang sejarah. Hanya 38 emas, 63 perak, dan 90 perunggu dengan bercokol di posisi kelima klasemen perolehan medali. "Inilah dua tugas berat yang dihadapi menpora baru. Blunder atau tidak Pak Jokowi memilih Zainuddin Amali akan diuji di dua agenda terdekat ini,"

Akmal mengungkapkan. "SOS tadinya berharap ada perubahan nomenklatur dengan meniadakan Kemenpora. Tapi, langsung fokus ke Menteri Olahraga. Maklum, pemuda dan olahraga dua dimensi yang sejatinya berbeda. Bila revolusi mental hendak dijadikan pijakan membangun bangsa sesuai nawacita Jokowi penting bila olahraga mendapatkan perhatian serius dengan nomenklatur Menteri Olahraga saja tanpa embel-embel pemuda. Filosofi Bung Karno olahraga adalah medium pas untuk revolusi mental dengan bahasa saat itu national character building," Akmal mengungkapkan. (r/ab)