Selain Kaya Manfaat, di Toraja Menanam Bambu Itu Perumpun Keluarga

By Ahmad Rajendra


Nusakini.com--Makassar--Bambu dikenal sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang memiliki banyak manfaat, yaitu serat yang kuat dapat mengimbangi kekuatan kayu dari hutan, pertumbuhannya cepat 5 tahun sudah dapat dipanen, selain sebagai penghasil batang juga penghasil bahan pangan rebung yang sangat populer bagi masyarakat Asia khususnya negara-negara seperti Jepang, Taiwan, China bahkan pangan rebung telah digemari dan telah diekspor ke Amerika dan Eropa.

Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara yang berada pada ketinggian di atas 800 mdpl memiliki 6 jenis bambu lokal, terbanyak di antara Kabupaten lainnya di Sulawesi Selatan, penyebab Toraja menjadi salah satu pusat bambu di Sulawesi Selatan.

Lestarinya tanaman bambu di dua Kabupaten tersebut disebabkan oleh bambu merupakan bahan utama dalam perjalanan kehidupan dan kultur budaya masyarakat Toraja.

Agroforestry mempunyai fungsi ekonomi penting bagi masyarakat setempat sebagai sumber penghasil uang dan modal. Keunggulan bambu dibanding kayu yaitu dapat tumbuh lebih cepat sehingga dapat dipanen dalam waktu singkat, tahan terhadap kekuatan beban yang tinggi, serta mampu meredam suara maupun polusi lingkungan karena menyerap nitrogen dan Karbon dioksida (CO)2 dalam jumlah tinggi , Leelatanon, Srivaso, dan Matan, 2010.

Dibutuhkan teknologi yang tepat untuk lebih meningkatkan peran bambu bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meskipun tinggi nilai ekonomi rebung bambu tetapi minat dan ketertarikan masyarakat dalam mengembangkan masih rendah karena umumnya masyarakat masih bergantung pada ketersediaan rebung di alam dan belum menjadikannya sebagai sumber pendapatan hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan lokal.

Peneliti dari Litbang LHK Makassar menyebutkan, permasalahan bambu di Tana Toraja itu lestari, tentu karena ada hubungannya dengan budaya, sebab bambu di Toraja sudah menjadi budaya.

"Masyarakat Toraja membudidayakan bambu mengharapkan dengan kondisi alam yang setiap saat menjadi penyedia bambu. Di Toraja menanam bambu itu perumpun keluarga," ungkap Merry. 

Ia menambahkan, bambu sekarang yang ada itu merupakan warisan, bukan hasil tanam generasi sekarang, sehingga di Toraja sebagian rumah Tongkonan  secara perlahan itu kondisi bambunya sudah mulai tereduksi oleh penggunaan. Laju penggunaan tidak sesuai dengan laju pertumbuhan  setiap tahunnya.

Menurut hasil penelitian Ir. Merryana Kiding Allo serta tim, kondisi bambu di Tana Toraja itu satu rumpun bambu setiap tahunnya hanya mampu memproduksi 16 (enam belas) batang.

Lebih lanjut diterangkan Merry, Rabu 4 Maret 2020 kepada awak media, bambu yang berumur 19-25 tahun maksimal hanya mampu tumbuh 16 batang saja, bisa kita bayangkan pada suatu waktu Toraja akan menggunakan bambu dari luar, sementara di Toraja sendiri sebenarnya bisa membudidayakan. 

"Manfaat bambu itu banyak, mulai dari akar sampai daun berfungsi seluruhnya, bukan hanya sebagai peredam suara, bukan hanya sebagai pereduksi polutan, ada banyak manfaatnya," jelasnya saat ditemui di ruang kerjanya. 

Dibawah lebatnya guyuran hujan di bulan Maret diterangkan pula, kami punya KHDTK di Toraja, kami juga punya demplot uji coba bambu, sejak awal kami menanam sekarang ini sudah berumur 21 (dua puluh satu) tahun. Lebih kurang luas lahan 115 ha. Belakangan menarik masyarakat sekitar kemudian ada alasan masyarakat ekspan lahan.

"Lokasi KHDTK Mengkendek Kelurahan Rante Kalua Kecamatan Mengkendek Kabupaten Tana Toraja. Lokasi ini berjarak 308 km dari kota Makassar atau 12 km dari kota Makale. Lokasi ini dapat juga di lalui dengan pesawat Udara di Kabupaten Tana Toraja," tuturnya.

Selain itu pembangunan bandara itu sangat menarik, jadi lahan kami mulai berkurang. Ketika ditanya soal izin dan penegakan hukum lingkungannya, Merry selaku peneliti konservasi dan botani menjawab, itu permasalahan klasik bagi peneliti sehingga ada beberapa bagian bambu kami dirusak dan itu sudah kami sampaikan secara prosedur kepada pemerintah setempat maupun Dinas Kehutanan sebagai pemangku wilayah, tapi penanganannya sebatas turun ke lapangan kemudian memverifikasi tidak ada follow upnya sehingga masyarakat itu nggak takut masuk dalam lahan. 

"Selama saya bertugas intensif disana kurang lebih 3 tahun, ada beberapa orang yang tindakannya teralu ekstrem untuk merusak tanaman bambu itu, sempat kami masukkan ke sel sebagai efek jera, tapi sekarang mulai lagi. Ada sih petugas, (dua) orang disana tentu tidak mampu menangani lahan seluas 115 ha, ada juga tambahan personil dari Dinas Kehutanan tapi tidak onside,” ucapnya sembari tertawa lepas.

Ir. Merryana Kiding Allo berharap, bambu belum menjadi salah satu alternatif  mata pencaharian, keinginan kami bagaimana masyarakat bisa bangkit dengan cara memperlihatkan teknik-teknik untuk membudidayakan bambu dan itu tidak sulit. Tanaman ini merupakan tanaman alam yang sudah disiapkan tinggal bagaimana penerapannya, apalagi di Toraja termasuk curah hujan tinggi atau tipe A. Bambu itu membutuhkan kelembaban yang tinggi baik untuk pertumbuhan batang maupun rebung. Jadi sebenarnya bisa menjadi alternatif sebagai mata pencaharian masyarakat ketika tanaman lain, misalnya padi gagal panen.

"Dengan berkebun bambu sebenarnya bisa meningkatkan pendapatan, karena harga rebung saat ini sudah mahal di pasaran. Selama ini pemanfaatan rebung semata-mata hanya sebagai konsumsi keluarga atau lokal saja. Rebung itu sebagai bahan pangan ramah lingkungan sehingga kami sebisanya tidak menggunakan bahan kimia di dalam pertumbuhan, kalau pun terpaksa seperti pergeseran musim penghujan tanpa tambahan nutrisi tentunya pertumbuhan rebung tidak akan maksimal. Setelah musim hujan dipertengahan Januari 2020," menurut Merry penelitiannya berhasil.

Rebung dalam satu rumpun tumbuh sampai 36, ini tidak mutlak menjadi batang, karena melihat posisi antara lain kalau dipaksakan menjadi batang semua sehingga ada alternatif menjadi bahan pangan, jadi yang tidak diharapkan menjadi batang kita panen untuk dikonsumsi. 

"Sebenarnya masyarakat bisa melihat. Masyarakat sudah tahu mana rebung yang dapat di konsumsi dan mana yang tidak bisa, karena ini tanaman warisan jadi dari nenek moyang mereka. beracun tidaknya  itu tergantung dari komposisi sianida di dalam rebung itu. Pada dasarnya semua bisa diolah, hanya ada beberapa hal, karena kandungan seratnya tinggi ketika umur sebung sudah lebih dari tiga minggu, pengetahuan seperti ini yang belum dimiliki masyarakat. Kemudian bagaimana cara menurunkan kadar sianida," jabarnya.

Berikutnya, Tahun 2018 awal kami membuat demplot bambu ampel salah satu alternatif ketika bambu betung tidak berebung. Untuk rebung bambu betung lebih mendunia, ketika kami mencari alternatif kertika bambu betung tidak siap, karena tergantung curah hujan. Bambu ampel ini, kata Merry mengandung serat yang rendah. lembut dagingnya dan posri tumbuhnya kecil. Hal ini berpengaruh pada packaging, cita rasa rebung bambu ampel lebih enak menurut beberapa ahli yang sudah mencoba lebih gurih, namun bambu ampel oleh masyarakat tidak terlalu dianggap.

"Untuk masyarakat Toraja sendiri bambu itu mempunyai keterkaitan yang sangat erat, karena bambu di kehidupan masyarakat Toraja mempunyai kasta sesuai dengan kehidupan. Sebagai edukasi,  kami terjun ke masyarakat  bahwa memelihara bambu itu mudah, cuma masyarakat tidak ingin tahu karena masih mengharap dari alam, sementara ketersediaan bambu di alam semakin tua dan habis sebagai kebutuhan budaya terutama, karena mengambilnya sampai ribuan batang bambu. Untuk membangun 1 pondok saja dibutuhkan 25 batang bambu," sebut Merry.

Betul, untuk sekarang ini persediaan bambunya masih banyak. Nanti 5 sampai 10 tahun mendatang akan berkurang, itu yang menjadi kekawatiran kami.

"Bambu akan meningkat nilainya setelah masyarakat mengetahui lebih jauh tentang bagaimana bambu dengan manfaatnya, bernilai eknomis dengan menunjukkan juga hasil-hasil bambu selama ini untuk apa selain untuk konstruksi, untuk makanan, meubelair bahkan pakaian," Merry berseloroh.

Mengakhiri pembicaraan, Merry kembali mengungkap manfaat bambu. Begitu antusias ia menjelaskan, kami sempat berkunjung di salah satu shop di China, disana bambu sudah diolah sebagai pakaian dalam, jadi bisa kebanyang bisa diolah menjadi makanan, bahkan arang bambunya dimanfaakan sebagai obat yang berfungsi sebagai penyerap racun. 

Masih banyak lagi manfaat bambu mulai akar hingga daun bambu bernilai ekonomis yang bisa dimanfaatkan.(R/Rajendra)