Catatan dari Piala Menpora : Alhamdulillah, Tidak Terbukti Jadi Klaster Baru

By Abdi Satria


Oleh: M. Nigara

Wartawan Sepakbola Senior 

PUJI SYUKUR. Itu kalimat yang meluncur dari hati saya ketika turnamen Pra Musim PSSI, Piala Menpora, tinggal memasuki babak akhir. Hingga Sabtu (24/4), turnamen ini hanya menyisakan dua laga,  dan semua pihak menyatakan clean and clear dari covid-19. 

Sisa laga, Leg-2, Grand final, Persib vs Persija di Stadion Manahan, Solo, ahad malam (25/4). Dan Sabtu ini, perebutan tempat ke-3, juga di Solo.

Leg-1,  grand final sebelumnya, Kamis (22/4), Persija mampu memenangkan pertarungannya melawan Persib, 2-0 melalui pertarungan yang sangat menarik. 

Artinya, turnamen yang oleh sebagian orang yang awalnya dikhawatirkan menjadi klaster baru covid-19, tidak terbukti. Panitia Piala Menpora bersama semua pihak telah sungguh-sungguh bekerja on the track. ekstra keras dan ekstra hati-hati. Panpel tak segan meminta pihak-pihak tertentu untuk mengulang swab antigen jika dicurigai tidak clean and clear. 

"Semua kami lakukan untuk kebaikan bersama," kata Dirut Pt. LIB, Akhmad Hadian Lukita. 

Menurut info yang saya peroleh, ada sekitar 10 ribuan swab-antigen yang diberikan pada seluruh peserta dan pihak-pihak yang bertugas di lapangan. Bahkan riwayat mereka di hotel serta dalam perjalanan, juga menjadi bagian yang jadi pusat perhatian. 

Dengan begitu, tak heran hanya 0,11 persen yang sempat terjangkit. "Itu pun datangnya bergelombang, artinya ada tiga kasus, sembuh, lalu muncul lagi. Dan, alhamdulillah tidak terjadi lanjutan lain," tambah Lukita. 

Apa yang terjadi, jauh di bawah titik kekhawatiran, dan di bawah garis toleransi. Jadi, jika pada akhirnya Menpora, Ketum PSSI, dan praktisi sepakbola: Pemain, pelatih, ofisial, prangkat pertandingan, dan suporter menyambutnya dengan bergembira, ini sangat wajar. 

Keberhasilan ini tentu tidak berdiri sendiri tetapi melibatkan semua pihak. Tanpa keterlibatan semuanya, maka apa yang diharapkan, tidak dapat terjadi. Mulai dari Menpora, Zainudin Amali yang tak sungkan untuk turun langsung mengontrol hingga para pimpinan suporter yang mampu mengendalikan pasukkannya agar tidak bergerombol hingga meniadakan nonton bareng. Langkah bahu-mambahu ini menjadi senjata pamungkas untuk menjaga -event-pra musim itu. 

Bahkan saat di beberapa pertandingan Menpora menghadirinya, bukan untuk menikmati pertarungan, tapi memastikan tidak terjadinya pelanggaran. Kondisi ini oleh Menpora, Zainudin Amali, sangat penting. "Maka, saya pun melaporkan segalanya pada presiden, " ucap Amali. 

Dan, masih kata mantan pemain di kompetisi sepakbola Liga Mahasiswa 1980-an itu, presiden mengapresiasinya. Dari sana, Menpora yakin bahwa kompetisi liga 1 dan 2, insyaa Allah bisa dijalankan lagi. Tentu format dan teknisnya, PSSI lah yang paling tahu. 

Mudah-mudahan di dua laga terakhir Puala Menpora 2021 ini, tidak terjadi sesuatu.yang tidak diinginkan. Artinya, keberhasilan hingga laga Kamis yang lalu, harus terus dipertahankan. 

Bisa tuh

Apa yang awalnya dikhawatirkan, bahkan menurut banyak pihak agak berlebihan kekhawatirannya, bisa tuh diatasi. Kebersamaan yang selama ini jarang sekali terjadi dalam sepakbola nasional, ternyata juga bisa dilakukan. 

Jujur, selama ini suporter atau tepatnya simpatisan suporter selalu menjadi titik terlemah. Bagi mania atau suporter yang memiliki keanggotaan, pasti punya ikatan kuat. Sebagai mantan penasehat the Jak, saat saya mendampingi Mas HB, manajer Persija, saya paham betul. 

Rico dan Richard berulang-ulang memberi laporan bahwa semua the Jak, aman. Tapi, simpatisan? Itulah yang repot. Mereka bukan anggota, tapi setiap Persija main, mereka menggunakan atribut. Dan merekalah yang sulit dikontrol. Saya kira, bukan hanya the Jak, tapi semuanya begitu. Viking dan Bobotoh, Aremania, Bonek, Pasopati, dan lain-lain, tidak terlampau sulit mengatur anggota, tapi mengatasi simpatisan yang usianya rata-rata di bawah 15 tahun, sulitnya minta ampun. 

Awalnya, saya menduga mereka akan menjadi faktor tersendiri. Tapi, faktanya, mereka juga tidak muncul dan tidak menjadi titik lemah. Luar biasa, apresiasi ini saya berikan kepada seluruh suporter termasuk para simpatisan. 

Saya bergarap gelaran pra musim Puala Menpora ini menjadi titik awal kita bersatu. Bersatu memandang sepakbola Indonesia, bersatu membela sepakbola Indonesia. Hanya dengan bersatu kita bisa meraih prestasi bagi sepakbola Indonesia. 

Semoga bermanfaat...