KJB Berkolaborasi dengan Nusantara Foundation Selenggarakan Silaturahmi Akbar

By Ahmad Rajendra


Nusakini.com--Jakarta--Pandemi COVID-19 telah mengubah kebiasaan dan menciptakan tatanan atau yang disebut dengan new normal di mana masyarakat harus mampu beradaptasi, termasuk bagi muslim diseluruh dunia. Komunitas Jurnalis Berhijab berkolaborasi dengan Nusantara Foundation menyelenggarakan Silaturahmi Akbar KJB dengan tema “Masyarakat Muslim dengan Tema New Normal Life” yang akan menjawab bagaimana seharusnya seorang muslim menghadapi tantangan di adaptasi kehidupan baru, pasca kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dengan menghadirkan narasumber Dr. M Shamsi Ali Lc, M.A selaku Director/Imam of Jamaica Muslim Center, New York, Amerika Serikat serta dipandu oleh Presiden KJB Indonesia Nikmatus Sholikah S.Ikom. Kegiatan ini dilakukan secara virtual dengan lokasi di Indonesia dan New York Amerika dan di ikuti oleh puluhan peserta yang berasal dari beberapa wilayah di Indonesia, Minggu (14/6). 

Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 per 14 Juni 2020, terkonfirmasi 38.277 atau tambahan 857 kasus, 21.612 dirawat, 14.531 sembuh, dan 2.134 meninggal di Indonesia. Fakta tersebut menunjukkan bahwa dalam normal baru bukan berarti COVID-19 sudah hilang, bahkan kurva terus merangkak naik. Di sisi lain, masyarakat sudah dituntut untuk beraktivitas guna menggerakan kembali roda perekonomian. Karena itu, normal baru ini perlu disikapi dengan bijaksana bagi masyarakat muslim. 

Dr. M Shamsi Ali Lc, M.A menuturkan dalam menghadapi kehidupan normal baru ini masyarakat muslim perlu mengedepankan rasionalitas di samping menjunjung tinggi keimanan. 

“New normal bukanlah kembali ke kehidupan normal biasa atau old normal. Kita memahami bahwa adanya COVID-19 ini kehendak Allah SWT dan kita harus mengambil hikmah, namun kita juga harus bersikap rasional, mengikuti aturan, bersikap disiplin, seperti memakai masker. Kita sedang hidup dalam dunia berbeda. Tentu kita harus membangun wawasan berbeda,” kata Presiden Muslim Foundation of America itu. 

Ahli tafsir yang juga mahir Bahasa Inggris, Arab dan Urdu itu juga menambahkan bahwa dengan adanya wabah COVID-19 ini, sebagai seorang muslm harus siap untuk berkompetisi dengan segala perubahan dan tantangan yang baru. 

“Sejak COVID-19, teknologi semakin berkembang dan banyak digunakan sebagai sarana berkomunikasi secara virtual. Ini mengajarkan kita untuk terus berinovasi dalam berdakwah. Umat Islam tidak boleh ketinggalan ritme, bahkan dalam Al Quran pun disebutkan ‘Bergegaslah kepada ampunan Tuhanmu dan surga’, Tapi sebelum sampai ke akhirat kita juga diperintahkan untuk membangun rumah-rumah surga di muka bumi. Karena itu, umat muslim harus banyak belajar dan menguasai perkembangan zaman,” katanya. 

Kemudian Shamsi Ali juga menambahkan, masyarakat Indonesia harus bisa menerapkan karakter yang islami dengan hidup disiplin dan teratur serta taat terutama dalam aturan protokol kesehatan selama pendemi COVID-19. Masyarakat muslim harus pantang menyerah dan tidak mudah putus asa hingga pendemi ini usai.

“Ajaran Islam sejatinya mengajarkan kita untuk selalu optimis,pendemi ini adalah takdir Allah. Kita harus yakin bisa melaluinya, karena sejatinya hidup dunia hanyalah fana. Penerapkan ajaran Islam dengan mengedepankan rasionalitas dan keimanan, kita bisa menjadi umat yang pantang menyerah,” tutur pria yang mendirikan pondok pesantren pertama di Amerika tersebut. 

Dalam kesempatan sama, Nikmatus Sholikah, Presiden KJB Indonesia sekaligus host dalam acara tersebut berpendapat normal baru bukan lah kehidupan normal biasa, melainkan sebuah adaptasi haya hidup baru di mana masyarakat berdampingan dengan COVID-19 itu sendiri.

“Kita harus sadar kita hidup berdampingan dengan COVID-19, sehingga masyarakat muslim harus benar-benar melaksanakan protokol kesehatan yang telah dibuat oleh Kemenkes melalui Gugus Tugas. Yang paling penting adalah kita sadar new normal bukan kehidupan normal, melainkan kehidupan beradaptasi dengan gaya hidup normal baru. Kita hidup berdampingan dengan COVID-19,” katanya. 

Untuk itu, menurut Nikmah, seorang muslim harus meyakini segala sesuatu berasal dari Allah, termasuk pandemi COVID-19, sehingga tertanam keyakinan dalam diri bahwa setelah kesulitan ini pasti akan didatangkan kemudahan.

“Seorang muslim tidak boleh patah semangat atau berpikir buruk kepada Allah, yakin Allah memberikan solusinya karena di dalam surat Al Insyirah ‘Sesungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan’. Pasti ada hikmah besar untuk kita,” ujar wanita asal kota Malang tersebut. 

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pandangan yang lebih luas terkait menjalani kebiasaan baru selama pandemi COVID-19 di dua negara berbeda, yakni muslim sebagai mayoritas maupun minoritas. Disii lain, sejumlah aktivitas pun berubah, terutama yang sifatnya berjamaah atau berkumpul di satu tempat tertentu, seperti sholat berjamaah di masjid, kajian ilmu, hingga silaturahmi. Tentunya, seorang muslim harus bisa menyikapi dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada dan tidak menjadikannya halangan, tetapi tantangan. (rilis)