Muhammadiyah Akan Terus Membersamai dan Memperjuangkan Kelompok Difabel

By Abdi Satria


nusakini.com-Yogyakarta- Berdekatan dengan Hari Difabel Internasional pada 3 Desember yang lalu, Pengajian Bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jumat (10/12) mengangkat tema “Membersamai Kelompok Difabel: Teologi, Kebijakan, dan Gerakan.”

Disiarkan live dengan peserta daring, narasumber yang hadir antara lain Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah Nurul Yamin, anggota Majelis Tarjih PP Muhammadiyah Ali Yusuf, dan Ketua Umum Himpunan Difabilitas Muhammadiyah, Fajri Hidayatullah.

Membuka acara, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Agus Taufiqurrahman mengungkapkan bahwa Muhammadiyah telah memberikan perhatian khusus terhadap kelompok difabel sejak lama dan berkomitmen untuk terus mengawal mereka.

Apalagi jumlah kaum difabel untuk usia di atas 10 tahun di Indonesia berjumlah sekira 8,8 persen dari jumlah warga Indonesia. Di dunia, penduduk difabel berjumlah 15 persen berdasarkan data dari WHO, demikian ungkap Agus.

“Muhammadiyah terus berjuang agar kita bisa memberi penghormatan sekaligus perlindungan dan pemenuhan hak-hak saudara kita kelompok difabel dan ini adalah bagian dari jihad kemanusiaan,” katanya.

Mengutip Undang-Undang No.8 Tahun 2016, kelompok difabel menurut Agus berbeda kategori. Ada yang disebabkan oleh masalah fisik, intelektual, mental, hingga sensorik. Apapun penyebabnya, Muhammadiyah kata Agus akan terus mengawal kelompok ini.

“Tentunya, ajaran Islam telah memberikan panduan yang luhur bagaimana prinsip tauhid itu mengajarkan kita agar menghormati seluruh kehidupan. Bagaimana umat Islam ini senantiasa menghargai sisi kemanusiaan, apapun kondisi saudara-saudara kita ini,” ungkapnya.

Selain membersamai untuk mengawal kebijakan yang ramah difabel, Muhammadiyah kata Agus bertekad terus memberikan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak mereka.

“Oleh karena itu pada kesempatan ini Pimpipinan Pusat mengajak kepada seluruh warga Persyarikatan Muhammadiyah agar upaya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak itu kita wujudkan secara nyata,” katanya.

“Contoh sederhana. Di lingkungan Amal Usaha Muhammadiyah, harus menjadi Amal Usaha yang ramah dengan difabel. Masjid-masjid di lingkungan Muhammadiyah juga. Bahkan Ranting-Cabang kita harus jadi Ranting-Cabang yang ramah terhadap difabel. Sekali lagi, penghormatan itu jadi bagian yang tidak boleh terpisahkan dari upaya kita untuk melakukan perlindungan dan pemenuhan hak-hak saudara kita kaum difabel itu,” pungkasnya.(rls)