nusakini.com-Wonosobo-Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh belahan dunia tidak menyurutkan kreativitas para pelaku wisata, khususnya di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo. Meski saat ini masih dalam masa pembatasan sehingga belum boleh menerima kunjungan wisatawan, ternyata sebuah objek wisata (obwis) baru, muncul di kawasan yang dikenal pula sebagai Negeri Di Atas Awan itu. 

Batu Angkruk, nama objek wisata di Desa Tieng, Kecamatan Kejajar tersebut, disiapkan untuk menawarkan sisi lain keindahan di dataran tinggi Dieng kepada para pengunjung. Bagi para pecinta keindahan alam, Batu Angkruk menyuguhkan sebuah spot menarik berupa jembatan kaca di ketinggian yang memungkinkan para wisatawan, menikmati landscape khas dataran Dieng secara lebih leluasa. 

“Keunggulan dari spot jembatan kaca ini adalah sangat instagramable, cocok untuk berfoto karena berada pada titik yang tepat didukung latar belakang indahnya pemandangan alam,” ungkap Alfan Muthobiq, salah satu jurnalis media online yang diundang pada acara pengenalan obwis Batu Angkruk.

Alfan yakin, jembatan kaca tembus pandang tersebut akan mampu menarik minat wisatawan saat sudah dibuka secara resmi. Ditambah lagi dengan tantangan berupa uji adrenalin bagi yang biasanya merasa takut apabila berada di ketinggian. 

Penasehat Himpunan Pramuwisata Indonesia Kabupaten Wonosobo, yang juga menjadi salah satu pengelola objek wisata di kawasan Dieng, Agus Purnomo menyampaikan, tambahan sarana rekreasi baru akan berimbas positif terhadap tingkat kunjungan wisatawan. 

“Saya yakin, Batu Angkruk menjadi wahana yang akan mempunyai daya tarik baru, karena saat ini wisatawan tidak hanya ingin menikmati pemandangan alamnya, namun juga tertarik untuk dapat berfoto dan diunggah ke media sosial,” tutur Agus. 

Agus menambahkan, pihak pengelola memang harus kreatif dan jeli dalam melihat peluang serta potensi pasar, termasuk tren pemanfaatan media sosial sebagai sarana promosi.

Pengelola Batu Angkruk, Muflichatul Charimah mengakui, antusiasme terhadap obwis dengan ketinggian lebih dari 1.700 meter di atas permukaan laut tersebut, saat ini sudah terlihat cukup tinggi. 

“Seiring mulai dikenalkannya Batu Angkruk ini, kami sudah menerima banyak permintaan kunjungan, namun memang belum diijinkan karena masih dalam masa pembatasan sosial,” ungkap perempuan yang akrab disapa ibu Lich itu. 

Ibu Lich menegaskan, apabila nanti sudah diperkenankan oleh pemerintah untuk membuka obwis-nya, pihaknya akan menerapkan standar protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19. 

Dirinya menyebut, para pengunjung diwajibkan mengenakan masker, pihaknya juga menyediakan fasilitas cuci tangan, serta membatasi jumlah demi terjaganya jarak antar pengunjung (social dan physical distancing). 

Menurutnya, salah satu keunggulan dari jembatan kaca berukuran 18.6 x 2.3 meter persegi tersebut adalah para pengunjung dapat menikmati keindahan sunset dan sunrise secara leluasa, meski untuk naik ke atasnya jumlah maksimal yang diperbolehkan hanya 10 orang.(p/ab)