Program Diplomat Mengajar Wujud Akselerasi Dukungan Kebijakan Merdeka Belajar

By Abdi Satria


nusakini.com-London-Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di London bekerja sama dengan Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur menggelar program Diplomat Mengajar untuk mendukung pelaksanaan kebijakan Merdeka Belajar, khususnya di program studi Hubungan Internasional (HI).

Program ini dibingkai dalam satu tema besar “Strengthening Indonesia’s position in International Diplomatic in Relations with the United Kingdom”, dan merupakan perkuliahan interaktif yang diampu bersama oleh para dosen dari tiga universitas dan para diplomat yang bertugas di KBRI London. Perkuliahan dilaksanakan secara daring dan dibagi menjadi empat kali tatap muka dengan tema berbeda, yaitu: Indonesia’s Strategic Relations with United Kingdom: Opportunity and Challenges, Negotiating British Climate Action and Indonesia’s Perspective on Climate Change, Promoting Islam and Tolerance in the UK, dan Contemporary Global Geopolitics: Indopacific.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI London, Khairul Munadi, menyampaikan bahwa kegiatan ini dimaksudkan untuk mendukung program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), yang merupakan program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

“Program ini mempertemukan perspektif teoritis dan praktis. Setiap tema akan didekati dengan penjelasan konsep teoritis yang disampaikan oleh dosen, sekaligus penjelasan praktisnya yang disampaikan oleh diplomat dari fungsi terkait di KBRI London,” terangnya. “Dengan begitu, mahasiswa mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif karena ada perpaduan antara teori dan praktik,” ungkap Khairul seraya berharap kegiatan sejenis dapat meningkatkan minat keikutsertaan perguruan tinggi maupun Perwakilan RI lainnya.

Pelaksanaan program Diplomat Mengajar diawali dengan kegiatan kick-off dan kuliah perdana yang dilaksanakan secara daring. Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAIR, Bagong Suyanto, menyampaikan apresiasi serta harapannya agar kegiatan ini dapat terus dilanjutkan pada tahun akademik berikutnya dan melibatkan lebih banyak kampus di Indonesia. “Sebuah kehormatan bagi kami, KBRI London berkenan memperkuat proses belajar-mengajar dan berbagi pengalaman praktis dengan para dosen dan mahasiswa HI di Jawa Timur. Semoga interaksi ini terus berlanjut dan berkembang,” tekan Bagong.

Dalam laporan singkatnya, Siti Rokhmawati Susanto selaku Ketua Departemen HI, FISIP UNAIR, menyampaikan bahwa program diplomat mengajar ini akan menghasilkan sebuah prosiding ber-ISBN yang menampung karya tulis tentang hubungan strategis Indonesia-Inggris dari para peserta dan pengampu mata kuliah. “Peserta program nantinya akan melakukan pendalaman dari materi yang diberikan dan menuangkannya dalam artikel ilmiah yang dikompilasi menjadi prosiding. Prosiding ini diharapkan tidak hanya sebatas publikasi saja, namun dapat menjadi sebuah referensi dan masukan dalam upaya meningkatkan hubungan strategis Indonesia-Inggris,” jelas Siti Rokhmawati Susanto.

Pada kesempatan yang sama, Deputy Chief of Mission (DCM) KBRI London, Khasan Ashari, menyampaikan apresiasi atas partisipasi ketiga universitas dalam progam ini. “Ini merupakan bentuk kontribusi KBRI London dalam memperkuat proses belajar-mengajar mahasiswa di Indonesia, khususnya dalam ranah diplomasi internasional. Terima kasih atas keterbukaan para dosen dan pimpinan universitas yang berkenan berkolaborasi,” ujar Khasan.

DCM Khasan turut menambahkan kiranya melalui kegiatan ini dapat memperkuat hubungan strategis kedua negara sekaligus baik langsung maupun tidak langsung dapat memperkuat hubungan strategis Indonesia dan Inggris.

Dalam kesempatan yang sama, dosen departemen Hubungan Internasional (HI) UNAIR Fadhilah Inas Pratiwi turut menyampaikan materi kuliah perdana melalui topik United Kingdom on Indo-Pacific Strategy: in relations with Southeast Asia.

Kuliah perdana dihadiri lebih dari 150 peserta, yang terdiri dari dosen dan mahasiswa dari UNAIR, UINSA, UPN Veteran Jawa Timur, dan beberapa kampus lainnya. Peserta sangat antusias dan menyambut baik model perkuliahan yang ditawarkan. Antusiasme tersebut tercermin dari ragam pertanyaan yang menyentuh opini publik terhadap relasi kerjasama Indonesia-Inggris, hambatan dan tantangan diplomasi post-Brexit, hingga perdagangan alutsista. “Kuliah ini sangat menarik karena contoh praktis yang diberikan oleh narasumber, khususnya bapak Khasan, sangat konkrit dan relevan, sehingga memberikan gambaran lengkap, jelas, mudah dimengerti,” pungkas Lucia, salah satu mahasiswa UNAIR yang juga memoderatori acara. (rls)