Refleksi Akhir Tahun: Sahabat, Berapa Umur Kita? Berapa Lama Kita Dengan Kebaikan..?*

By Abdi Satria


M. Nigara

Wartawan Senior

SAHABAT, mungkin kisah ini pernah atau sering kali kita dengar. Mungkin juga kita tidak menyukainya dengan berbagai alasan. Tapi, di penghujung tahun masehi 2020 ini, kembali aku menyajikannya untuk kita. Ya, untukku dan untukmu. 

Kisah ini hanya sekedar melepas rindu. Juga menjadi pengingat. Tidak lebih dari sekedar itu. 

Ketika seseorang bertanya: "Berapa usiamu kawan?"

Kita pasti tidak ragu menyebut jumlah angka-angka tahun masehi yang sudah kita lalui. Ya, kita dengan cermat dan tepat menyebut: "Tahun ini, 20, 30, 40, 50, 60, dan seterusnya," mengikuti tahun-tahun kehidupan yang telah kita lewati. Tidak ada yang salah. Begitulah logika dan fakta nyatanya.

Begitu juga jika kita ditanya, berapa anakmu, bisa jadi juga berapa kekayaanmu? Berapa sahabatmu? Semua logika dan fakta berpikir kita, mengacu pada apa yang kita miliki. Sekali lagi, itu tidak salah. 

Tapi, sahabat, pernahkah kita berpikir tentang kebaikan dan keburukan yang senantiasa ada di sekitar kita? Berapa banyak kebaikan yang telah kita lakukan bersandar keikhlasan? Lalu, berapa banyak keburukan yang juga telah kita lakukan dengan dasar nafsu?

Perlahan saja, kita renungkan. Kita ingat-ingat dengan baik. Sekali lagi, perlahan-lahan, dan dengan tenang.

Sudah? Berapa? 

Kita pasti sulit mengingatnya. Sulit menyebutnya? Pasti. Sebagai manusia biasa, pasti pula jumlah timbangan keburukan akan jauh lebih berat ketimbang kebaikan. 

Atau, jangan-jangan sepuluh jari tangan kita tidak habis untuk menghitung orang atau makhluk Allah yang sudah kita beri kebaikan berbasis ikhlas itu. Namun, begitu menghitung korban keburukan yang kita lakukan, kita tak sanggup menghitungnya. Bahkan tak sanggup membayangkan wajah mereka. Kita tak mampu mengingatnya. Ada kebohongan, ada kelicikkan, ada ketamakan, ada kedzaliman. Hampir semua kita lakulan dengan sadar dan sangat sering kita lakukan.

Sahabatku, dunia selalu menyiapkan kesuksesan dan keterpurukan. Pun kesehatan dan kesengsaraan.Tidak ada penjamin kecuali Sang Khalik.

Mungkin saja kita diberi kesuksesan menjadi apa pun. Tapi, yakinkah itu amanah Allah? Atau, jangan-jangan kesuksesan itu adalah hukuman Allah. Kesuksesan yang kita raih itu, ternyata akan terus menjerumuskan kita pada perbuatan keji dan dzalim yang semakin dalam.

Simak tiga ayat Quran ini: Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh. (Quran : Surat Al-Qalam Ayat 45).


Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, *nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.*_ (Quran : Surat Al-A’raf Ayat 182)

Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; *dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, (Quran : Surat An-Naml Ayat 24).

Saya bukan akhli tafsir Quran, tapi dari terjemahan ketiga ayat itu jelas maknanya. Pesannya sangat terang benderang. 

Allah Maha Tangguh rencananya. Artinya tidak ada satu pun rencana, dari siapa pun, yang bisa mengalahkan rencanaNYA. Bahwa kita rencana terkesan sempurna, bisa berjalan cukup lama, sekali lagi, itu lintasan bukan tujuan. Kita atau siapa pun itu, dibiarkan untuk terus berbuat kesalahan yang lebih dalam.

Sesungguhnya Allah menangguhkan azabNYA.  

Dan, tanpa kita sadari, syaitan telah menguasai jiwa kita. Dan, ketika Allah menutup hati kita, maka kecelakaan besar sedang menunggu kita. Nauzubillah...

Sahabatku,  perlahan saja, ingat-ingat apa saja yang telah kita kerjakan. Resapi dan segera sadarkan diri Gerakkan hati kita untuk kembali ke jalanNYA.

Jangan cemas, teruslah sadarkan diri kita. Jangan resah, tetaplah jaga hati kita. Teruslah lipatgandakan kebaikan. Terus dan terus selama Allah Subhanahu Wa'taala masih memberi kita kesempatan....

Semoga bermanfaat...