Rumah Ramah Literasi Satupena

By Admin


Oleh: Swary Utami Dewi

nusakini.com - Rumah Ramah Literasi Satupena. Aku membayangkan ia ada. Tiba-tiba ide ini terbayang dalam benakku. Ide ini cukup sederhana dan menyiratkan harapan yang cukup dalam. Rumah Satupena ini bukan simbol kemewahan atau kemegahan. Atau angker dan menakutkan berdasarkan simbol kelas atau ideologi tertentu. Rumah ini merupakan tempat di mana siapa pun merasa homey dan nyaman. Wadah yang membuat siapa pun merasa punya tempat yang tepat bagi dia untuk bernaung. 

Dan apa yang membuatnya nyaman? Karena rumah itu menyediakan sesuatu yang ramah, terbuka dan aksesibel bagi siapapun. Tidak ada ketakutan atau keraguan untuk datang dan melangkah masuk ke dalam. Bahkan orang menjadi betah berlama-lama.

Nuansa apa yang diharapkan bisa berkembang dari rumah ramah ini? Tentu saja literasi. Melek ilmu, melek pengetahuan, melek wacana. Saat seorang merasa nyaman, rileks, dan santai serta dia bisa memanfaatkan akses yang ada untuk pengembangan literasi, setidaknya bagi dirinya, maka bisa dipastikan serapan literasinya menjadi lebih baik.

Maka wujud nyatanya, aku membayangkan satu rumah khusus dari Satupena, di mana di situ ada semacam perpustakaan dan ruang baca yang bisa diakses. Berbagai macam buku terpilih dari beragam genre bisa dibaca gratis. Di situ juga tersedia portal dokumentasi digital, yang di dalamnya menyediakan e-book, link-link seminar dan webinar Satupena, video, artikel dan buku karya-karya penulis anggota Satupena, penulis besar Indonesia dan dunia dan lain sebagainya. Tentu saja selalu ada penyegaran dan pemutakhiran dokumen secara reguler dan otomatis. 

WiFi yang kuat juga tersedia dan bisa diakses oleh mereka yang datang tanpa perlu password khusus. Aku juga terbayang ada sudut informasi tentang kegiatan Satupena yang reguler maupun yang segera diadakan di ruang baca ini.

Juga ada pojok kopi teh dan air putih gratis di pojok ruang baca. Gelas yang disediakan adalah gelas yang bisa dicuci. Bagi mereka yang menggunakan diharapkan langsung mencuci di basin kecil yang ada di situ, lalu meletakkannya di rak khusus 

Lalu ada taman kecil nyaman di dekat ruang baca disertai bangku-bangku kayu natural yang bisa menjadi tempat alternatif membaca. Taman itu teduh. Ada tumbuh beragam bunga, perdu dan pohon. Di masing-masing tanaman ada keterangannya. Paling tidak menyebutkan nama tanaman tersebut, asal, keunikan, dan cara merawatnya. Jika ada yang ingin menanam bunga, buah atau pohon, namanya bisa tertera di situ. Tentu saja ada sumbangan khusus untuk tanaman bernama itu yang bisa masuk ke kas Satupena untuk keperluan Rumah Ramah Literasi.

Di satu titik juga ada ruang diskusi dan seminar yang cukup luas di mana berbagai macam kegiatan rutin Satupena, misalnya "music n book" bisa digelar. Juga jika ada seminar atau diskusi Satupena lainnya. Bagi mereka yang membutuhkan tempat untuk diskusi bisa meminjam tempat ini dengan perjanjian sebelumnya, saat Satupena tidak menggunakannya. Bisa jadi untuk pelajar dan mahasiswa atau lembaga tertentu tempat ini gratis dengan perjanjian soal kebersihan ditanggung penyelenggara yang memakai. Bagi organisasi yang cukup besar, bisa jadi ada sewa ruangan dengan harga sewa yang masuk akal dan dananya masuk untuk kas Rumah Ramah Literasi.

Bagi mereka yang menghabiskan waktu cukup lama dan ingin makan minum berat, bisa memesan di kafe Satupena. Makanan dan minuman beragam, disediakan higenis dan ramah lingkungan, dengan harga yang cukup terjangkau.

Tentu saja ada mushola dan tempat untuk ruang ibadah bagi yang membutuhkan. Juga toilet bersih bagi laki-laki, perempuan dan orang dengan kebutuhan khusus. Parkiran juga cukup luas dan gratis bagi pengunjung.

Rumah Ramah Literasi ala Satupena ini akan makin menarik jika di setiap sudut dan pojok ditata khusus bagi yang senang berfoto atau swafoto. Istilahnya instagramable. Maka Rumah' Ramah Literasi ini akan muncul di berbagai unggahan medsos.

Singkatnya aku bermimpi, Satupena menghadirkan wadah seperti ini. Semoga Rumah Ramah Literasi ini bukan mimpiku belaka. (*)