Bertahan Cerdas dan Kreatif di Masa Pandemi

By Admin


Oleh: Swary Utami Dewi

(The Climate Reality Leader, Anggota TP2PS Tim Penggerak Percepatan Perhutanan Sosial, Board KBCF Kawal Borneo Community Foundation)

nusakini.com - Suatu sore, terlepas dari riuh rendah corona dan resesi ekonomi, aku merasa bersyukur bisa menginjak kaki ke lokasi ekowisata dan edukasi mangrove Munjang, di Desa Kurau Barat, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.


Lokasi ini dikelola oleh Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan (HKm) Gempa 01. Beranggotakan lebih dari 30 anggota dan kader kelompok, yang mayoritasnya berusia 30 tahun, kelompok HKm ini mulai membangun diri dari kelompok pecinta alam yang kesemuanya adalah pemuda desa setempat. 


Tim Gempa (Generasi Muda Pecinta Alam) sendiri dibentuk tahun 2004. Pada tahun 2016 mereka mendapatkan izin HKm di Hutan Lindung Pantai Kurau seluas 213 ha ini dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).


Sampai kini, lokasi ekowisata dan edukasi mangrove ini sudah dikunjungi banyak wisatawan lokal dan mancanegara. Di masa sebelum pandemi, minimal 500 pengunjung datang pada akhir pekan. 


Masa Corona memang membuat aktivitas wisata terhenti. Namun aktivitas kelompok tetap berjalan untuk melakukan renovasi sarana prasarana ramah lingkungan, konservasi kepiting dan penanaman mangrove .


Rencana ke depan, akan ada pembangunan tambahan sarana dan prasarana ramah lingkungan lainnya, seperti tambahan pondok kayu sederhana, tracking jalur baru di hutan lindung mangrove, track bersepeda dan museum "hidup" mangrove.


HKm ini karenanya memang layak diganjar predikat platinum oleh KLHK. Yang tidak kalah dahsyatnya HKm ini juga telah mendapat penghargaan Kalpataru.


Dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), HKm ini mampu memyediakan 20 ha lokasinya untuk ditanami mangrove jenis tertentu. Paling tidak 25 anggota HKm dan masyarakat terlibat dalam program ini. 


Maka, tidak salah rasanya, jika perjalanan kali ini bukan perjalanan sekedar menjalani tugas, tapi juga memetik kebahagiaan dari rimbunan mangrove lestari di lokasi wisata ini. Paling tidak di sini ada peran Kelompok Pengelolaan Hutan (KPH) Sungai Sembulan sebagai pemangku wilayah di tingkat tapak (yang memiliki pendamping keren dan sabar), Dinas Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung (BPDASHL) Batu Rusa Cerucuk, Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Wilayah Sumatra, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi, Pokja Provinsi Perhutanan Sosial dan para pihak lainnya. Kerja-kerja multipihak di sini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua.