Catatan Sepak Bola M. Nigara: Partai Hidup-Mati dan Melepas 'Kutukan Burma'...

By Abdi Satria


INI LAGA ke-44, Indonesia vs Myanmar, Ahad sore (15/5/2022) babak penyisihan Grup A, Sea Games ks-31, Vietnam. Setelah itu, tuan rumah Vietnam yang sudah memastikan lolos ke semifinal akan menghadapi Timor Leste, tim yang paling lemah.

Dari data yang ada, Garuda Muda dengan the Asian Lions,  julukan Myanmar membagi angka sama. Hingga jelang laga Ahad sore di Stadion Viet Tri, Phu Thuo, Vietnam, kedudukan kedua tim sama-sama menang 17 kali, kalah juga 17 kali, dan draw 9 kali. Sementara  selisih gol, Garuda Muda unggul 8 gol atau memasukan 73 dan kemasukan 65 gol.

Tapi fakta lapangan kita seolah-olah sangat sulit menaklukan Myanmar. Bahkan sejak Myanmar masih bernama Burma atau lazim bangsa kita menyebut Birma, 1958, mereka seperti momok tersendiri.

Bahkan Sutjipto Suntoro alias Gareng, bomber kita sempat berkisah tentang uletnya tim itu. Gareng bersahabat dengan bintang Birma, Aung Maung Tin. Dua pemain yang tercatat kehebatannya di AFC dan pernah tampil dalam tim Asian All-Stars 1960-an.

Keuletannya itu pula yang menyungkurkan timnas kita, jika tidak keliru dalam empat kali final Jakarta Annyversary Cup di 1971, 73, 74, dan 75. Sekali lagi, mudah-mudahan tidak keliru, Birma meraih piala yang di masanya sangat gempita dengan mengalahkan timnas kita.

Ya, Jakarta Annyversary Cup adalah turnamen dalam rangka HUT-DKI. Bang Ali Sadikin sang gubernur, sukses membuat event yang dalam waktu singkat mampu setara dengan Kings Cup di Thailand, Merdeka Games di Malaysia, dan Piala Presiden di Korea Selatan.

Itu sebabnya, karena turnamen ada di depan mata, dan kita kalah terus, maka seolah-olah kita sangat sulit mengalahkan Myanmar. Bahkan tidak sedikit orang yang mengatakan, seperti ada 'kutukan'. Istilah ini hanya perumpaan saja.

Cukup seri

Dalam laga terakhir ini, kita sedikit diuntungkan. Sekali lagi, meski sama-sama memiliki nilai yang sama, 6, tapi kita memiliki plus 4 gol. Artinya, jika Fachrudin Aryanto dan pasukan Garuda Muda bisa bermain imbang saja, maka kita akan lolos ke semifinal.

Itu pun dengan catatan, Vietnam sungguh-sungguh bisa mengalahkan Timor Leste. Meski seperti tidak mungkin, karena dari segi apa pun, Vietnam berada di bawah tuan rumah. Tapi, jika ada  hil-hil yang mustahal sesuatu yang secara teori tidak bisa dijelaskan, terjadi, situasi akan berbeda.

Kembali ke Garuda Muda, meski di atas kertas bisa dihitung dengan mudah untuk bermain imbang, tetapi di lapangan bisa sangat berbeda. Untuk itu, maaf, sepertinya saya juga tak pantas mengingatkan Shin Tae-yong untuk tidak mencari hasil imbang. Biasanya, tim yang sengaja mengejar hasil imbang, bisa celaka. Ini biasanya atau sering terjadi pada tim-tim yang hanya membutuhkan hasil seri, justru kalah.

Untuk itu, STY pastilah tetap akan menyiapkan pasukan seolah-olah kita sungguh harus meraih angka 3 untuk ke semifinal. Dengan posisi itu, maka skuad yang akan diturunkan tetap yang memiliki gedoran berat. Egy, Witan, dan Muhammad Ridwan, Rizky Ridho, Marselino Ferdinan harus tetap jadi andalan.

Dengan begitu, maka kita tidak konsentrasi bertahan. Karena pertahanan terbaik adalah menyerang dengan benar dan menghasilkan.

Ya, intinya saya tidak mungkin mengajari STY. Pelatih Korsel ini pasti tahu apa yang harus ia terapkan.

Semoga saja Fachrudin dan kawan-kawan bisa tampil maksimal. Dapat memberikan yang terbaik bagi kita semua. Dan menurut

Wailan Walalangi, legenda tenis nasional, peraih medali emas ganda putra Asian Games, 1982, Indonesia juara.

Ucapannya sudah dua kali terbukti. Dia mengatakan: "Tenang saja, kita kalah lawan Vietnam, tapi akan menang lawan Timor Leste dan Filiphina," katanya. 

Hebatnya, sejak kick-off saat berhadapan dengan tim nas negerinya Manny Pacquiao itu, Wailan sudah mengatakan: "Gak usah repot, kita menang 4-0!"

Artinya...? Kita nikmati saya kemerdekaan ini....

M.Nigara

Wartawan Senior