Disdik Sulsel 'Separuh Nyawa Kita Untuk Sulbar'

By Abdi Satria


Oleh Mirdan Midding To Supu

Sepenggal bait syair lagu Pasha Ungu.

Andai kutau 

Kapan tiba ajalku,

Kuakan memohon,

Tuhan jangan kau ambil nyawaku.


Andai kutahu

Malaikat akan

Menjemputku,


Ijinkan aku

Mengucap kata tobat padaMu.


Malam gelap gulita, listrik padam, kota sulbar seakan terayun, tanah terbelah, bangunan ambuk, suara jeritan bergemah, semua panik.

Diantara jeritan itu, cucu saya sedang menikmati lagu legend Pasha Ungu "Andai Kutahu Kapan Tiba Ajalku" tiba tiba bangunan belakang rumah ambruk.

Mereka tanpa sadar berhamburan keluar rumah dengan pakean seadanya, berlari histeris di tengah kegelapan malam.

Negeri Baharuddin Lopa, hancur sekejab, akibat gempa bumi berkekuatan dahsyat.

Derita sampai di Sulawesi Selatan, sebagai saudara dalam sejarah pemerintahan, saudara dalam kebudayaan, saudara biologis, Sulsel bergerak cepat lebih awal dan Gubernur Sulsel segera mengirim bantuan kemanusiaan.

Disdik Sulsel pun bergerak, mengirim kawat berita kepada seluruh Cabdis, agar segera mengkoordinasikan seluruh bantuan dari masyarakat akademik SMA/SMK/SLB, untuk korban bencana alam di bumi Manakarra Sulbar.

Prof Jufri, sang psikolog, sangat memahami kondisi kejiwaan para korban, segera berkoordinasi tim yang telah berada di lokasi gempa.

Simpati masyarakat sulsel, civitas akademik, terus mengalir, bantuan materi non materi terus tercurah, "pray for Sulbar terus di dengungkan Sang Professor.

Duka Sulbar duka kita semua, duka Indonesia.

"Separuh nyawa kita di Sulbar" ucap Sang Professor.


Penulis:

Pengamat pendidikan sulsel