Kolaborasi Lintas Instansi Dorong Mitigasi Bencana Geologi

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Dalam mengawal bencana kegeologian, Pemerintah melalui beberapa kementerian/lembaga melakukan langkah-langkah strategis sebagai tanggung jawab terhadap keberlangsungan kegiatan masyarakat di daerah rawan bencana. Langkah-langkah komprehensif dikoordinasikan dengan berpedoman pada regulasi yang ada.

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial di Jakarta, Jumat (10/12), menyampaikan bahwa prioritas utama dalam hal ini adalah keselamatan masyarakat. Kementerian ESDM sendiri melalui Badan Geologi terus melakukan pemantauan gunungapi selama 24 jam sehari terhadap 69 dari 127 gunung api aktif, termasuk Gunungapi Semeru.

"Hasil kajian dalam bentuk Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Api, Gempa Bumi, Tsunami, dan Gerakan Tanah, juga langsung disampaikan ke Pemerintah Daerah dan otoritas-otoritas yang menggunakannya," ungkap Ego.

Ego menyampaikan, yang lebih penting dari itu adalah upaya bahu membahu dari segenap pihak untuk bekerja sama dan saling mengingatkan dalam menyampaikan informasi mitigasi kebencanaan kepada masyarakat yang bersangkutan.

Kementerian ESDM juga terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam melakukan sosialisasi langsung ke masyarakat. "Kerjasama bahu membahu antara Pemerintah Pusat, Daerah, dan keterlibatan masyarakat serta stakeholders menjadi penting dalam mitigasi bencana geologi," kata Ego.

Masyarakat diimbau untuk terus memantau melalui aplikasi MAGMA Indonesia yang memantau secara realtime informasi seputar pergerakan aktivitas kegeologian di Indonesia. Tak hanya itu, aplikasi tersebut juga menampilkan peta lokasi dan waktu kejadian, magnitudo, kedalaman, simbol mekanisme gempa bumi di sekitar lokasi gempa bumi, nama gunung api terdekat pusat gempa bumi dan sumber data. "Aplikasi ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu cara identifikasi dan peringatan dini dalam manajemen kebencanaan," imbuh Ego.

Peningkatan edukasi mitigasi bencana geologi kepada masyarakat dinilai memiliki peran penting dalam jangka panjang. "Masyarakat akan memahami untuk menjalankan aktivitas mereka sesuai prosedur yang berlaku," ungkap Ego.

Moderninasi Alat Pantau

Di balik upaya Kementerian ESDM dalam melakukan mitigasi bencana kegeologian, peralatan pengamatan gunung api yang ada di lapangan dinilai beberapa pihak masih belum ideal, padahal ketangguhan dan keandalan peralatan mitigasi sangat menentukan efektivitas penanganan bencana kegeologian. "Sebagian besar peralatan mitigasi itu sudah lama beroperasi. Peralatan itu perlu dimodernisasi," tegas Ego.

Melalui modernisasi teknologi, sambung Ego, penanganan mitigasi bencana jauh lebih maksimal lantaran perangkat tersebut mampu memberikan informasi cepat dan akurat terhadap akvitas kegeologian yang terjadi.

Kementerian ESDM pun akan mengambil langkah-langkah strategis terutama dalam pengalokasian anggaran mengupayakan modernisasi peralatan kegeologian sebagai program prioritas. "Ini terkait proteksi masyarakat di masa mendatang. Apalagi sebagian besar masyarakat kita tinggal di wilayah rawan bencana, ring of fire. Makanya, mitigasi bencana adalah hal yang paling penting," jelas Ego.

Guna melakukan modernisasi alat pantau, pembiayaan untuk melakukan mitigasi bencana di tahun 2022 perlu ditingkatkan.

Sebagaimana diketahui, Rencana Anggaran Kementerian ESDM Tahun 2022 sebesar Rp5,8 miliar. Anggaran tersebut, utamanya untuk infrastruktur dalam rangka mendukung penyediaan energi bagi masyarakat, antara lain pembangunan jaringan gas kota, pembagian konverter kit LPG untuk nelayan dan petani, Penerangan Jalan Umum (PJU), Revitalisasi infrastruktur energi baru terbarukan, Alat Penyalur Daya Listrik, Bantuan pasang baru listrik, serta tahapan pembangunan pipa gas Cirebon-Semarang.