Lebih 7000 Hadis Diriwayatkan Sahabat Perempuan

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Kiprah perempuan dalam kancah perkembangan Islam sejak awal sangat kuat. Hal itu salah satunya ditandai dengan proses periwayatan hadis yang dilakukan para perempuan yang menjadi sahabat Nabi. 

Kiprah periwayatan hadis oleh sahabat perempuan ini diungkap oleh dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAISPA) Yogyakarta Zunly Nadia saat berbicara pada forum Tadarus Litapdimas seri ke-21 yang mengambil tema "Menguak Teks, Tradisi, dan Otoritas Keilmuan". Diskusi ini digelar secara virtual pada Selasa (22/09). Hadir juga sebagai narasumber, Dr. Awal Muqsit, Lc., M.Phil dan Dr. Ade Fakih Kurniawan, M.Ud. 

Zunly Nadia mempresentasikan makalahnya mengenai “Sahabat Perempuan dan Periwayatan Hadits; Kajian atas Subyektifitas Perempuan dalam meriwayatkan Hadits”. Menurutnya, ada lima kategori yang dipilah dalam subyektifitas sahabat perempuan dalam periwayatan hadits, yakni peran dan ideologi politik, aktifitas, profesi, rumah tangga Nabi Saw, dan hadits misoginis. 

Zunly menemukan 7.761 hadits yang diriwayatkan Sahabat Perempuan dalam kitab hadits. Jumlah itu setidaknya dapat memberikan rujukan bagi masyarakat muslim bahwa keterlibatan perempuan dalam ruang publik dapat menyelesaikan persoalan-persoalan kemasyarakatan yang selama ini dianggap masih tabu. 

“Upaya untuk mengembalikan posisi perempuan bukan dengan membatasi peran mereka di ruang pubilik, tetapi justru memberi kesempatan, keamanan, kenyamanan di ruang publik seperti para perawi Sahabat Perempuan,” terangnya.  

“Memposisikan perempuan di publik bukan sebagai objek, tetapi sebagai subyek, peran perempuan secara sosial dan intelektual yang bisa memberikan kontribusi nyata,” lanjutnya dengan menyebut sumber primer dari kitab hadits-hadits Thabaqat I-VII.  

Berdasarkan data tersebut, Zunly menggarisbawahi, bahwa perawi hadits perempuan itu terbanyak pada masa Nabi Muhammad Saw. Perempuan perawi hadits atau intelektual publik semakin sedikit pasca era Nabi Muhammad Saw. Di antara nama-nama sahabat perempuan itu Aisyah bint Abu Bakar, Hindun bint Abi Umayah, Asma' bint Abu Bakar, Hafsah bint Umar, Nusaibah nint Ka'ab, dan Fathihah bint Abi Thalib.  

Panelis lain yang menyampaikan presentasi adalah Ade Fakih Kurniawan (UIN SMH Banten), berjudul Cultural Negotiation, Authority, and Discursive Tradition: The Wawacan Seh Ritual in Banten. Sedang Awal Muqsith dari UIN Alauddin Makassar menyampaikan paparan berjudul “Konsep Bernegara Masyarakat Bugis dalam Lontara Latoa: Tinjauan Filsafat Politik Islam”. 

Sebagai pembahas, Direktur Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Phil. Asep Saefuddin Jahar, M.A mengapresiasi tiga karya disertasi yang dipresentasikan yang menurutnya sangat menarik baik dari segi kajian teks maupun konteksnya. "Ketiganya, jika dibuatkan level itu sudah sejajar dengan kajian disertasi di universitas Barat atau Eropa." 

Semantara itu, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Suyitno mengatakan bahwa karya ilmiah PTKI, termasuk disertasi, selama ini jarang dikenal publik. Menurutnya, sebagian besar disertasi saat ini hanya bermanfaat untuk penulis dan sebagian kecil akademisi yang hadir saat promosinya saja. Padahal tidak sedikit kajian keislaman di PTKI melalui disertasi dapat dimanfaatkan masyarakat juga.   

“Hasil disertasi atau riset harus memiliki dua fungsi yaitu menjawab persoalan akademik yang ditelitinya dan dapat bermanfaat, memberi solusi bagi masyarakat," pesannya. 

Diskusi selama kurang lebih dua jam secara online itu dipandu oleh Kasi Penelitian dan Pengelolaan HKI, Dr. Mahrus. Acara ini ditutup oleh Dr. Suwendi, Kasubdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat PTKI. (p/ab)