Melenting Bersama Mangrove

By Admin


Rivani Noor

Tenaga Ahli Menteri LHK

nusakini.com - Bunyi berderik terdengar bersahutan dari jejeran daun kelapa yang terinjak ketika Rombongan Kunjungan Lapangan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen LHK), berjalan menuju lokasi Program Padat Karya Penanaman Mangrove (PKPM) tahun 2020 di Desa Rap-Rap, Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara. Rombongan ini terdiri dari Ibu Laksmi Dhewanthi (Staf Ahli Menteri), serta Bapak Rivani Noor dan Bapak Taruna Jaya, keduanya adalah Tenaga Ahli Menteri. 


Kunjungan Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 24 November 2020 tersebut, selain berdiskusi dengan pengelola PKPM, yaitu Kelompok Blante Sampah, juga meninjau langsung lokasi penanaman mangrove. Jumlah bibit mangrove yang akan ditanam sebanyak 33,000 batang di areal pantai seluas 10 hektar. Jenis bibit yang ditanam adalah Rhizophora, Sonneratia, Avicennia serta Bruguierra. 


Menurut Bapak Yusak Kasenda, Ketua Kelompok Blante Sampah, jumlah anggota kelompok yang dia pimpin sebanyak 30 orang, “Ada laki-laki dan ada perempuan, semua ikut serta dalam kegiatan ini dengan perasaan senang dan bersemangat, apalagi dalam situasi pandemi Covid 19, program ini sangat membantu menggerakkan ekonomi kami di desa”.  


Kelompok Blante Sampah adalah organisasi masyarakat yang aktif dalam isu-isu lingkungan hidup, “Kami pernah melaksanakan lomba menulis bagi anak-anak. Tulisannya menceritakan kondisi lingkungan hidup di sekitar mereka, hadiahnya paket internet yang dimanfaatkan mereka untuk belajar on-line”, tutur Pak Yusak. Kelompok ini juga telah mendapatkan piagam Proklim yang penilaiannya dilakukan oleh Kemen LHK. Tahun 2017 mereka juga melaksanakan Sekolah Sungai, “Kami ingin generasi muda mencintai sungai, merawat sungai, jangan merusak sungai, karena ini kehidupan kita”. 


Setiba Rombongan di lokasi penanaman mangrove, masyarakat sedang melakukan berbagai kegiatan, ada yang mempersiapkan batang bambu, ada yang memotong tali pengikat, ada yang merawat bibit dan membuat lubang tanam mangrove. “Disini kami bekerja tidak ada pembedaan laki-perempuan, semua sama. Memotong bambu, mengangkat bibit dan menanam”, kata Ibu Lona Lomboh dengan logat kental Manado, “Yang membedakan hanyalah pembagian waktu, dibagi per kelompok dan jam kerja”, imbuhnya. 14 orang anggota Kelompok Blante Sampah adalah peremuan.


“Apa yang Bapak Ibu rasakan dengan Program ini?”, tanya Ibu Ami, panggilan akrab Ibu Laksmi Dhewanthi. “Senang Ibu! Program ini sangat membantu kami!”, serentak jawab anggota kelompok yang hadir. “Program PKPM ini merupakan bagian Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang dirancang dan dilaksanakan Kementerian LHK untuk membantu masyarakat, pergunakan dan laksanakan dengan baik. Rancang inovasi agar hasil dari Program ini dapat berkelanjutan”, ujar Ibu Ami lagi.  


“Ibu, kami lahir disini, sejak kecil kami bersama mangrove. Disitulah ikan-ikan bertelur, berkembang biak. Mohon terus bantu dan dukung kami, agar mangrove bisa terus kami rawat”, kata Pak Riky Lomboh, anggota Kelompok Blante Sampah. 


“Dana yang saya dapatkan dari Program PKPM ini akan saya simpan, nanti akan saya pakai untuk membersihkan dan menanami kebun saya. Saya punyai kebun kelapa”, kisah Ibu Ester, seorang perempuan anggota kelompok sambil tangannya terampil memotong tali pengikat mangrove. Manfaat Program PKPM ternyata bergulir jauh, merangkai daya lenting masyarakat desa membangun rencana kehidupan hingga ke batas paska pandemi. Masyarakat sederhana ini tidak hanya memanfaatkan dana yang mereka dapatkan untuk kebutuhan jangka pendek, tapi juga untuk masa depan, “Saya masih punya cucu, saya mau cucu saya tetap sekolah, dan kebun itu nanti akan menjadi biaya sekolah dia”, lanjut Ibu Ester. 


Pengelolaan mangrove akan semakin tinggi keberhasilannya jika dilakukan secara bersama, dengan prinsip kolaborasi semua pihak, “Semisal sampah yang terbawa arus ke lokasi mangrove, kita bisa mengajak pihak dunia usaha untuk peduli dan terlibat dalam inisiatif ini”, papar Pak Taruna Jaya, “Tentu saja Bapak Ibu harus membuat rencana program yang baik, dibangun komunikasi ke pihak pendukung termasuk dunia usaha, serta mohon dukungan dari pihak Pemerintah. Kelembagaan yang dikelola dengan baik, pasti akan mendapatkan dukungan, Bapak Ibu”. 


Hal lain yang juga penting diperhatikan adalah promosi atas inisiatif dan hasil kerja yang baik, seperti yang dilakukan oleh Kelompok Blante Sampah. “Buatlah berita sederhana tapi informatif, bagikan di media sosial. Mudah, murah dan efisien”, saran Pak Rivani, “Dengan rajin melakukan promosi, dipadukan dengan kelembagaan yang baik, berbagai inovasi tata kelola mangrove hulu-hilir, serta dukungan berbagai pihak, bisa dipastikan pengelolaan mangrove berkelanjutan akan dapat terwujud”, tambah Pak Rivani.


Diakhir pertemuan, Pak Yusak dengan wajah penuh harapan menitipkan pesan kepada Rombongan, agar program yang bermanfaat bagi lingkungan hidup dan masyarakat desa terus dilanjutkan, “Terimakasih kami pada Ibu Menteri dan Pak Wakil Menteri LHK, kami senang dengan Program PKPM, dan Kelompok Blante Sampah siap untuk terus bekerja untuk pengelolaan mangrove”. Matahari semakin meninggi, dan pertemuan ditutup dengan makan siang bersama menikmati hasil laut Indonesia yang kaya.