Profile

Roestam Effendi

Tempat Lahir : Padang, Sumatera Barat

Tanggal Lahir : 13/05/1903


Description

Adalah Roestam Effendi seorang sastrawan humanis yang lahir di Padang, 13 Mei 1903. Kepiawaiannya dalam bermain dan meramu kata semangat terhadap perlawanan yang ditujukan pada Belanda dituangkan dalam bentuk sajak dan drama membuat suatu gaya baru yang ada di dunia sastra. Tak hanya piawai dalam meracik kata, Roestam dikenal gigih dan piawai dalam memperjuangkan nasib bangsa Indonesia. Tercatat, Roestam merupakan orang pertama Hindia-Belanda yang menjadi anggota parlemen Belanda. Tidak mudah bagi Roestam untuk menjadi anggota parlemen Belanda. Dalam rapat umum pemilihan umum anggota parlemen pada tahun 1933 di Tiel, Roestam berpidato menuduh Adolf Hitler yang saat itu menguasai Jerman tak lebih dari seorang calon pembunuh perang. Tuduhan yang membuatnya diadili dan dijebloskan ke dalam bilik penjara tersebut menghasilkan banyak dukungan rakyat Belanda melalui surat yang dikirimkan atas simpati kepada orang Hindia. Roestam bukanlah tersangka yang terlibat kasus pidana atau perdata yang tidak diperbolehkan mencalonkan diri sebagai anggota parlemen, sehingga melalui dukungan sebagian orang-orang Belanda dirinya dibebaskan dan berhasil menduduki kursi anggota parlemen. Pada tahun 1935, Roestam menghadiri sebuah upacara pembukaan parlemen yang dihadiri banyak tentara berseragam militer. Seperti sebuah adat, ketika ratu selesai memberikan sambutan, maka tentara militer dan para hadirin yang hadir akan berteriak "leve Oranje!" (hidup Belanda!). Bukan Roestam namanya jika ia hanya diam tanpa bereaksi, maka dengan impulsif dirinya bersorak "Indonesia Merdeka!" alhasil upayanya berteriak dan bersorak mengucapkan nama bangsanya membawakan pukulan bertubi pada tubuhnya. Roestam babak belur atas hasil teriakan yang didasarkan pada keyakinannya. Seperti dilansir pada beberapa sumber, sejak mengenal dunia politik Roestam mulai menghentikan kecintaannya pada dunia kasusteraan. Murid tamatan HKS Bandung ini bertutur bahwa dirinya ingin memperjuangkan kemerdekaan Nasional secara langsung dan aktif di lapangan politik, tidak lagi melalui karya-karya sastra seperti dua buku yang telah ditulisnya yakni "Percikan Permenungan" dan "Bebasari". Sejak kecil Roestam sudah menunjukkan gelagat tertarik pada dunia sastra. Terbukti saat dirinya mengemukakan cita-citanya yaitu berkeinginan memperbarui sandiwara yang saat itu bersifat komedi-stambul. Ketertarikannya pada dunia sastra sering dituangkan dalam bentuk sastra Melayu seperti hikayat, syair, pantun, dan talibun. Selama hidup di Belanda (1928-1947) Roestam pernah bergabung dalam Partai Komunis Belanda (Communistische Party Nederland, CPN) dan menjadi Anggota Majelis Rendah (Tweede Kamer) (1933-1946).